Deng.... Dong.... Deng... . Dong..... Deng..... Dong.... Deng.... Dong..... Deng.... Dong...... Deng.... Dong..... Deng..... Dong.... Deng.....
Begitu bunyi bertalu-talu yang dihasilkan dari lesung dan alu, yang dimainkan ibu-ibu. Mereka tidak sedang bermain musik tetapi sedang "menutu" jagung untuk bahan makan keluarga.
Mayoritas masyarakat Jalawastu makan nasi jagung, dan tanaman yang boleh ditanam hanya jagung. Kesibukan ibu-ibu setelah mengurus keperluan rumah tangga dan membantu suami di ladang adalah menutu jagung.
Kini tradisi menutu jagung menjadi sebuah kesenian, namanya Deng Dong sesuai dengan suara yang dihasilkan. Seni Deng Dong dimainkan oleh 4 orang perempuan dengan masing-masing peranan. Perpaduan dan harmonisasi keempatnya menghasilkan irama yang menghentak, mengajak orang untuk menari. Akan sangat kelihatan apabila ada yang salah dalam memainkan nada.
Kini kegiatan ibu-ibu didapur sambil mongmong anak sudah menjadi hiburan. Dulu mereka menghibur untuk anak cucunya, kini mereka menghibur tamu yang datang ke Jalawastu. (KBC-54|Kompasianer Brebes Jateng)