Lihat ke Halaman Asli

Band

TERVERIFIKASI

Let There Be Love

Stasiun Patah Hati

Diperbarui: 26 Mei 2023   09:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber pixabay.com

Setelah setahun saya datang lagi ke tempat itu. Lampu lorong dan rel melengkung masih tetap sama berbau logam. Orang-orang yang diburu dan terburu-buru, orang-orang menunggu di udara yang resah.
Masih sama kupikir. Gemuruh kereta api yang marah seperti menggali tanah berkali melintasi, mengejek gerbong-gerbong yang berhenti.

Apakah aku menyukainya, aku tak tau lagi. Aku mengikut saja seperti memperingati satu tahun stasiun kereta api di sini. Tapi oh, sekarang pria lain disampingku dan bukan kamu.
Mataku melempar pandang ke kafe berbau bakery yang masih sama seperti tahun silam. Itu tempat kamu sebelum mengatakannya.

Saat itu kamu berkata. Apakah kau tidak akan pernah mencintaiku? Dan ketika aku menjawab dengan kebohongan, kamu menjatuhkan mata kamu dan tiba-tiba aku mereasakan sakitmu yang luar biasa.

Lalu kamu meninggalkanku, dan hatiku mengatakan bahwa aku akan mati untuk mengatakan kebenaran kepada kamu. Mataku terasa perih memburamkan lekukan trek yang berkilauan jauh ke ujung panorama.

Apakah kita jadi mengambil kereta utara? Tiba-tiba lelaki di sisiku mengagetkanku.
Ah, demikian segerakah? Aku bertanya memutus memoriku.
Tidak juga, kita masih bisa mengambil jadual tengah malam!
Mmmm...Aku separuh menjawabnya, sambil memandang orang-orang untuk menghindari matanya.

Dan tiba-tiba aku sadar ada pria lain di sampingku dan bukan kamu. Suara lain dan mata yang lain di sebelahku.
Kita bisa melepas penat di kafe itu! Kata pria itu menunjuk dan menggamit lenganku hangat.
Ya Tuhan! Kafe roti itu? Pekikku di dalam hati.

Dan aku menurut saja dalam genggamannya melangkah dan menyeberangi rel logam, menyongsong kotak terang kopi dan roti itu. Jika saja pria ini mengetahui bagaimana aku terbakar jauh di dalam hatiku sebelumnya. Kata kalbuku.

Melangkah masuk ke dalam sinar kedai adalah sama, tiada berbeda dengan setahun lalu, semuanya sama persis, membuatku terkedap ke dalam kenangan.

Kau kedinginan? Lelaki gentle itu membuka jaketnya dan memakaikan di bahuku.
Ah, thanks!

Aku yang lebih dahulu mengambil meja dan itu di bawah sadarku, bahwa itu tempat setahun yang lalu yang kupikir masih membawa pesona silam.
Meja yang bagus! Komentarnya, dan aku tidak menjawabnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline