Mohon tunggu...
Band
Band Mohon Tunggu... Supir - Let There Be Love

(PPTBG) Pensiunan Penyanyi The Bee Gees

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Stasiun Patah Hati

26 Mei 2023   09:35 Diperbarui: 26 Mei 2023   09:37 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah setahun saya datang lagi ke tempat itu. Lampu lorong dan rel melengkung masih tetap sama berbau logam. Orang-orang yang diburu dan terburu-buru, orang-orang menunggu di udara yang resah.
Masih sama kupikir. Gemuruh kereta api yang marah seperti menggali tanah berkali melintasi, mengejek gerbong-gerbong yang berhenti.

Apakah aku menyukainya, aku tak tau lagi. Aku mengikut saja seperti memperingati satu tahun stasiun kereta api di sini. Tapi oh, sekarang pria lain disampingku dan bukan kamu.
Mataku melempar pandang ke kafe berbau bakery yang masih sama seperti tahun silam. Itu tempat kamu sebelum mengatakannya.

Saat itu kamu berkata. Apakah kau tidak akan pernah mencintaiku? Dan ketika aku menjawab dengan kebohongan, kamu menjatuhkan mata kamu dan tiba-tiba aku mereasakan sakitmu yang luar biasa.

Lalu kamu meninggalkanku, dan hatiku mengatakan bahwa aku akan mati untuk mengatakan kebenaran kepada kamu. Mataku terasa perih memburamkan lekukan trek yang berkilauan jauh ke ujung panorama.

Apakah kita jadi mengambil kereta utara? Tiba-tiba lelaki di sisiku mengagetkanku.
Ah, demikian segerakah? Aku bertanya memutus memoriku.
Tidak juga, kita masih bisa mengambil jadual tengah malam!
Mmmm...Aku separuh menjawabnya, sambil memandang orang-orang untuk menghindari matanya.

Dan tiba-tiba aku sadar ada pria lain di sampingku dan bukan kamu. Suara lain dan mata yang lain di sebelahku.
Kita bisa melepas penat di kafe itu! Kata pria itu menunjuk dan menggamit lenganku hangat.
Ya Tuhan! Kafe roti itu? Pekikku di dalam hati.

Dan aku menurut saja dalam genggamannya melangkah dan menyeberangi rel logam, menyongsong kotak terang kopi dan roti itu. Jika saja pria ini mengetahui bagaimana aku terbakar jauh di dalam hatiku sebelumnya. Kata kalbuku.

Melangkah masuk ke dalam sinar kedai adalah sama, tiada berbeda dengan setahun lalu, semuanya sama persis, membuatku terkedap ke dalam kenangan.

Kau kedinginan? Lelaki gentle itu membuka jaketnya dan memakaikan di bahuku.
Ah, thanks!

Aku yang lebih dahulu mengambil meja dan itu di bawah sadarku, bahwa itu tempat setahun yang lalu yang kupikir masih membawa pesona silam.
Meja yang bagus! Komentarnya, dan aku tidak menjawabnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun