Lihat ke Halaman Asli

Band

TERVERIFIKASI

Let There Be Love

Kemenangan Timnas yang Tanpa Progress

Diperbarui: 27 Maret 2023   08:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Timnas Indonesia saat temu laga dengan Burundi (Bonsernews.com/Instagram@PSSI)

Permainan gaya liga bukan gaya Shin Tae-yong, sebuah permainan yang berbeda 180 derajat dengan gaya permainan PSSI muda U20 atau 16 yang lebih muda yang memiliki pakem olahan kombinasi bola posesif dan  kerangka persegi, pemain berdekatan dan passing satu-dua sehingga tidak banyak kehilangan bola, sehingga diluar kalah menang timnas muda Garuda menjadi lebih menarik dan bergairah untuk disaksikan, ketimbang Timnas tua yang bertanding kemarin melawan kesebelasan Burundi.

Apakah pelatih Shin menyerahkan prinsip sepakbolanya mengikuti saja gaya eksisting sepakbola BRI Liga 1 demi pragmatisme? Jika yes, sangat disayangkan ya. Artinya Timnas tidak berprogress, permainan Timnas jadi auto Liga yang jenuh. 

Memang kemenangan 3-1 atas tim Burundi melegakan tapi menurut saya enggak membanggakan. Sepakbola jarak jauh umpan panjang dan crossing masih mendominasi sepakbola praktis yang membosankan, meskipun beberapa kesempatan diperlakukan build-up  tapi begitu miskin, hanya satu dimensi di satu jalur flank terutama sisi kanan jalur Arhan-Lilipaly. 

Meski menang dengan tiga gol, tapi gol yang terjadi bukan hasil engineering satu tim box-to-box, padahal gaya main btb ini seperti sudah hampir menjadi habitat timnas muda kita menjadi keren.

Goal pertama bisa dikatakan memang kejelian seorang Sayuri dan akurasi Lilipaly, tapi itu adalah sangat individu. Selain barisan pertahanan Burundi terjadi lacking yang bermula dari center back Burundi Marco melakukan clearance ceroboh yang jatuh di kaki Marc Klok yang diteruskan ke Lilipaly, lalu dia crossing ke kepala Yasuri yang menyelinap sendirian melewati gelandang bertahan Styve. 

Jika saat itu tidak ada Sayuri disana, maka umpan Lilipaly hanya menjadi umpan kosong karena tidak ada pemain Indonesia disana, untung ada Sayuri satu-satunya. Artinya jeda atau pace antara Sayuri dan second liner demikian jauh atau hanya ruang kosong.

Gol kedua yang ditendang oleh striker Dendy juga hasil dari screamage di kotak kiper Burundi, proses gol bukan hasil dari rekayasa penyerangan yang terstruktur.
Sama halnya dengan gol ketiga yang di volley oleh center back Rizky Ridho, merupakan bola muntah dari kesalahan kiper Burundi bermula dari tendangan pojok kanan.

Pengharapan kepada bola mati seperti menjadi highlight pencarian gol bagi timnas dan pelatih Shin, baik dari corner kick, tendangan bebas atau lemparan Arhan. Semua bermain mudah ketika bola mati, menjurus ke kotak penalti lawan, hampir seluruh pemain Indonesia akan berkerumun didepan mistar Burundi untuk mencetak angka.

Tidak buruk memang, tapi kesebelasan Timnas senior ini enggak berproses menjadi kesebelasan yang terstruktur, masif dan sistematis, Timnas baru menjadi sebuah kesebelasan tempelan dari klub yang bermain seperti klub, tidak terlihat cetak biru dari pelatih Shin untuk menghapus bermain gaya klub, sebagaimana yang telah tampak di tim Garuda-Garuda Muda.
Pola penyerangan yang tanggung dan pertahanan yang berlebih merupakan ciri khas kesebelasan yang tidak balance, ini yang terlihat dari perform Timnas gaek kita. 

Tidak seperti timnas Burundi, meskipun kalah, tapi memperlihatkan kongkrit akan  pola formasi yang disiplin 4-3-3, box to box yang signifikan, baik pada saat naik atau turun, sehingga enak dipandang. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline