Lihat ke Halaman Asli

Band

TERVERIFIKASI

Let There Be Love

Cerpen: Badut yang Tidak Lucu

Diperbarui: 13 Mei 2021   21:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar oleh Susann Mielke dari Pixabay

Kenapa kau menjadi badut? Sarpin menyeringai, matanya hampa. Mengikuti jejak bapak! Katanya sedari kecil. Dan sekematian bapaknya Sarpin memakai baju badut bekasnya. 

Sedikit kedombrongan apalagi dibagian perutnya yang kurang buncit. Sepatunya terlalu besar dan topinya terlalu kecil, tetapi hidup harus berjalan. Dan Sarpin menggelandang di jalan pinggiran kota. Anak-anak tertawa mengerumuni di lapangan kerontang.

Badut ceroboh datang! Ibu-ibu yang menggendong bayi berkomentar sambil larut di tertawaan. Kebanyakan anak-anak mulai meraba perut, menginjak sepatu panjang, dan bahkan memencet hidung bulat merah. Sarpin merelakan perangkatnya dilucukan.

Mereka tak tau bahwa badut telah berganti, sebuah pergantian yang menyedihkan, namun menjadi sama di kelucuan. Badut kemarin adalah sama dengan badut hari ini. Dia berwajah sama.

Sarpin mulai melawak, mengambil terompet mainan dari karung  dan memainkan lagu-lagu konyol dengan suara kencang. Penonton kecil dan emak menutup telinga.

Kenapa badut menjadi enggak lucu? Anak perempuan kecil yang kritis mengomplain karena tidak seperti biasanya. Mata badut Sarpin yang dipoles berkedip tidak percaya. Bukankah bapaknya sama melakukan kisah?

Oke! Adegan lain! Sarpin mengeluarkan balon. Pemirsa yang mulai duduk di rumput bertepuk seadanya. Sarpin meniup balon dan mengikatkannya di ekor baju badutnya. 

Dia mulai menari dan jumpalitan hingga balon meledak.  Door! Semua kaget dan sedikit marah. Apanya yang lucu? Tidak ada yang tertawa hanya wajah-wajah kecut.

Tunggu! Sekarang sulap!  Terlihat penonton sedikit tenang dari kegaduhan seperti menaruh adegan harapan. Sarpin mengeluarkan trik, menjentikan tongkat yang menjelma menjadi bunga, dilanjutkan dengan membuka topi kosongnya dan sekonyong-konyong mengeluarkan tikus dari lubang topi. Sarpin merasa pantas dan mengangguk hormat seperti di pentas.

Tapi hanya sepi, bahkan kupingnya yang lebar bisa mendengar desiran angin. Tak ada yang bertepuk tangan bahkan memberikan bibir senyum sekejap pun.
Sama sekali tidak lucu! Aku merasa mual! Seorang bapak, satu-satunya lelaki dewasa disitu, terlihat berwajah geram. Sarpin getir, namun masih berusaha.

Sarpin mengeluarkan candaan untuk menetralisir dan mengambil hati penikmatnya, namun mata kedipnya melihat orang-orang menghela nafas seolah-olah hati mereka hancur. Sarpin buru-buru melepas sepatu super besarnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline