Lihat ke Halaman Asli

Bambang Setyawan

TERVERIFIKASI

Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Duet Relawan dan Warga Mewujudkan Rumah Duafa

Diperbarui: 22 Oktober 2018   20:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rumah mbah Muini yang baru saja selesai (foto: dok pri)

Setelah bahu membahu selama 3 hari, akhirnya, Senin (22/10) sore, rumah milik Muini (85) warga Dusun Karang Tengah RT 3 RW I, Desa Karang Tengah, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang mampu diselesaikan. Tempat tinggal yang sederhana ini, merupakan buah kerjasama antara warga dengan relawan. Berikut catatannya kolaborasi dua elemen masyarakat tersebut.

Muini yang merupakan duafa sebatangkara, Kamis (11/10) lalu dijenguk Bambang Setyawan (biasa dipanggil Bamset) selaku penanggungjawab Relawan Lintas Komunitas (Relintas) Kota Salatiga. 

Sayangnya, nenek yang sudah mengalami gangguan pendengaran lumayan akut tersebut sulit diajak komunikasi. Padahal, Bamset menginginkan rumah yang ditinggali layak untuk dibedah.

Rumah mbah Muini sebelum dibongkar (foto: dok pri)

Sebab, rumah Muini yang berukuran 3 X 6 meter, berbahan papan dan belahan bambu itu, sudah lapuk sana sini. Bahkan, agar air hujan tak menggenangi ruangan dalam, dindingnya dilapisi plastik kumel. 

"Saya tawari sembako, malah minta uang. Giliran saya tawari bedah rumah, eh lagi- lagi juga minta uang," kata Bamset seperti orang kehabisan akal.

Seperti galibnya rumah duafa di pelosok pedesaan, rumah Muini kondisinya teramat sangat memperihatinkan. Selain nyaris seluruh material kayu telah lapuk masal, posisinya juga miring. 

Sudah begitu, tak ada fasilitas kamar mau pun MCK (mandi, cuci dan kakus). Akibatnya, Muini lebih banyak tidak mandi dibanding mengguyur air di tubuhnya.

Mbah Muini yang sulit diajak komunikasi (foto: dok pri)

Karena merasa tak mampu berkomunikasi dengan baik, akhirnya Bamset menyuruh beberapa relawan agar mendatangi lokasi sekaligus menjalin komunikasi dengan pihak pamong desa. Ternyata, pihak RT mau pun Kepala Dusun Karang Tengah, Zainal Maarif menyambut baik rencana bedah rumah. 

Kendati begitu, masih dibutuhkan ijin dari pemilik lahan. " Mbah Muini hanya numpang di lahan orang lain, kebetulan pemiliknya berada di Kalimantan," ungkap Bamset.

Tiga hari kemudian, tepatnya Minggu (14/10) datang kabar yang menyebutkan bahwa pemilik lahan tidak keberatan rumah Muini dibedah. Reaksi para relawan, sangat gembira mendengarnya. 

Spontan dibuat perencanaan berikut kebutuhan material dihitung. Karena seluruh bangunan harus dibongkar total, maka kebutuhan bedah rumah diperkirakan mencapai angka Rp 7.000.000.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline