Mohon tunggu...
Bambang Setyawan
Bambang Setyawan Mohon Tunggu... Buruh - Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Bekerja sebagai buruh serabutan, yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Duet Relawan dan Warga Mewujudkan Rumah Duafa

22 Oktober 2018   14:27 Diperbarui: 22 Oktober 2018   20:54 1099
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rumah mbah Muini yang baru saja selesai (foto: dok pri)

Setelah bahu membahu selama 3 hari, akhirnya, Senin (22/10) sore, rumah milik Muini (85) warga Dusun Karang Tengah RT 3 RW I, Desa Karang Tengah, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang mampu diselesaikan. Tempat tinggal yang sederhana ini, merupakan buah kerjasama antara warga dengan relawan. Berikut catatannya kolaborasi dua elemen masyarakat tersebut.

Muini yang merupakan duafa sebatangkara, Kamis (11/10) lalu dijenguk Bambang Setyawan (biasa dipanggil Bamset) selaku penanggungjawab Relawan Lintas Komunitas (Relintas) Kota Salatiga. 

Sayangnya, nenek yang sudah mengalami gangguan pendengaran lumayan akut tersebut sulit diajak komunikasi. Padahal, Bamset menginginkan rumah yang ditinggali layak untuk dibedah.

Rumah mbah Muini sebelum dibongkar (foto: dok pri)
Rumah mbah Muini sebelum dibongkar (foto: dok pri)
Sebab, rumah Muini yang berukuran 3 X 6 meter, berbahan papan dan belahan bambu itu, sudah lapuk sana sini. Bahkan, agar air hujan tak menggenangi ruangan dalam, dindingnya dilapisi plastik kumel. 

"Saya tawari sembako, malah minta uang. Giliran saya tawari bedah rumah, eh lagi- lagi juga minta uang," kata Bamset seperti orang kehabisan akal.

Seperti galibnya rumah duafa di pelosok pedesaan, rumah Muini kondisinya teramat sangat memperihatinkan. Selain nyaris seluruh material kayu telah lapuk masal, posisinya juga miring. 

Sudah begitu, tak ada fasilitas kamar mau pun MCK (mandi, cuci dan kakus). Akibatnya, Muini lebih banyak tidak mandi dibanding mengguyur air di tubuhnya.

Mbah Muini yang sulit diajak komunikasi (foto: dok pri)
Mbah Muini yang sulit diajak komunikasi (foto: dok pri)
Karena merasa tak mampu berkomunikasi dengan baik, akhirnya Bamset menyuruh beberapa relawan agar mendatangi lokasi sekaligus menjalin komunikasi dengan pihak pamong desa. Ternyata, pihak RT mau pun Kepala Dusun Karang Tengah, Zainal Maarif menyambut baik rencana bedah rumah. 

Kendati begitu, masih dibutuhkan ijin dari pemilik lahan. " Mbah Muini hanya numpang di lahan orang lain, kebetulan pemiliknya berada di Kalimantan," ungkap Bamset.

Tiga hari kemudian, tepatnya Minggu (14/10) datang kabar yang menyebutkan bahwa pemilik lahan tidak keberatan rumah Muini dibedah. Reaksi para relawan, sangat gembira mendengarnya. 

Spontan dibuat perencanaan berikut kebutuhan material dihitung. Karena seluruh bangunan harus dibongkar total, maka kebutuhan bedah rumah diperkirakan mencapai angka Rp 7.000.000.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun