Lihat ke Halaman Asli

Bambang Sutedjo

Pemerhati IPOLEKSOSBUDHANKAM

Karnaval Kemerdekaan Desa Dringu

Diperbarui: 7 September 2025   21:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Sumber: Panitia Karnaval Kemerdekaan Desa Dringu 2025)

DRINGU, Probolinggo – Kemeriahan luar biasa menyelimuti Desa Dringu, Kecamatan Dringu, Kabupaten Probolinggo, (Minggu Pahing, 7 September 2025) dalam gelaran Karnaval Kebudayaan yang menjadi acara penutup dari serangkaian resepsi di tingkat RT dan RW se-desa. Seluruh warga, dari semua RT dan RW se-Desa Dringu, bersatu padu dalam karnaval ini, menjadikannya sebuah perayaan kebersamaan yang masif. Didukung penuh oleh Forkopimka Kecamatan Dringu dan DPRD Kabupaten Probolinggo, acara ini menjadi puncak dari semangat persatuan dan gotong royong warga.

(Sumber Gambar: Kasipem Kec Dringu, Iswahyudi)

Khususnya, Karnaval Kebudayaan dari RT 06/RW 03 Dusun Bandaran berhasil mencuri perhatian dengan mengangkat tema "Nelayan Tradisional Bandaran." Lagu "Nenek Moyangku Orang Pelaut" terasa hidup di Bandaran, namun dengan makna yang lebih dalam: nelayan di sini adalah penjaga laut yang senantiasa menjaga harmoni dengan alam.

(Sumber Gambar: Kasipem Kec Dringu, Iswahyudi)

Acara dibuka secara simbolis dengan pemotongan pita oleh Camat Dringu, Ibu Indah Rohani, S.Sos., MM., didampingi Kepala Desa Dringu, Bapak Kuryadi, S.H., serta disaksikan oleh seluruh anggota Forkopimka Kecamatan Dringu. Setelah itu, arak-arakan karnaval menampilkan berbagai ikon nelayan tradisional, seperti miniatur perahu, alat tangkap ikan, dan kostum unik yang terinspirasi dari kehidupan di laut, merefleksikan identitas bahari yang kuat.

(Sumber Gambar: Kasipem Kec Dringu, Iswahyudi)

Perahu Kole'an: Simbol Pelestarian dan Harapan Baru di Laut Jawa

Sorotan utama dari Karnaval Kebudayaan ini adalah prototipe perahu Kole'an, yang dibawa keliling sebagai lambang komitmen warga terhadap keberlanjutan. Perahu ini bukan sekadar alat transportasi atau penangkap ikan, melainkan sebuah filosofi. Desain dan cara operasionalnya merefleksikan pendekatan yang tidak merusak lingkungan.

(Sumber: Bambang Sutedjo, sek. Pokmaswas Mutiara Laut)

Dalam era di mana penangkapan ikan ilegal (melanggar UU) dan merusak ekosistem menjadi isu global, perahu Kole'an tampil sebagai solusi lokal. Ia menjadi pengingat bahwa praktik-praktik tradisional sering kali lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan. Dengan mempromosikan Kole'an, Dusun Bandaran mengirimkan pesan kuat kepada dunia bahwa kemajuan tidak harus mengorbankan kelestarian.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline