Lihat ke Halaman Asli

Bambang Iman Santoso

CEO Neuronesia Learning Center

Sains di Balik Mimpi

Diperbarui: 27 Maret 2020   15:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. Neuronesia

Oleh: Bambang Iman Santoso, Neuronesia Community

Jakarta, 27 Maret 2020.

Pada abad milenium ketiga sebelum Masehi, raja-raja Mesopotamia mencatat dan menerjemahkan mimpi di atas tablet lilin.

Seribu tahun kemudian, Mesir Kuno menulis buku mimpi yang terdiri dari 100 mimpi umum beserta artinya. Bertahun-tahun kemudian kita masih mencari tahu alasan kenapa kita bermimpi.

Setelah melalui beberapa penelitian ilmiah dengan kemajuan teknologi, serta kerja keras yang persisten, namun kita masih belum memperoleh jawaban yang pasti kenapa kita bermimpi. Tapi, ternyata ada beberapa teori menarik yang akan kita bahas dalam penulisan berikut ini.

Michio Kaku menggambarkan bagaimana proses kita bermimpi. Korteks prefrontal kita terlepas dan tidak aktif bekerja, sehingga menekan komponen pengecekan fakta dari kesadaran kita. Beliau adalah salah seorang pendiri teori medan string, dan merupakan salah satu ilmuwan yang paling dikenal di dunia saat ini. Kaku memegang jabatan sebagai Ketua Henry Semat dan jabatan Profesor dalam fisika teoretis di City College of New York (CUNY), tempat ia telah mengajar selama lebih dari 25 tahun. Dia juga pernah menjadi profesor tamu di Institute for Advanced Study di Princeton, serta New York University (NYU).

Menurutnya ada banyak pengetahuan tentang bermimpi.

Bahkan, Sigmund Freud menulis sebuah buku berjudul The Interpretation of Dreams, yang dianggap banyak orang sebagai fondasi psikoanalisis. Nah para ilmuwan sekarang telah mempelajari psikologi Freudian dan melihat bagaimana otak bekerja, menggunakan semua teknik modern terkini.

Kita menyadari bahwa mungkin Sigmund Freud tidak sepenuhnya salah. Ada banyak buku pelajaran yang mengabaikan psikologi Freudian dan menyebutnya gila. Itu tidak ada apa-apanya, dibanding fantasi seksual dari seorang ilmuwan Venesia yang tertekan di abad terakhir. Tapi sekarang kita menyadarinya lebih dari itu.

Pertama-tama, pikiran bawah sadar. Kita benar-benar dapat melihat otak bergerak dan kita menyadari bahwa sebagian besar aktivitasnya sama sekali tidak disadari. Persis seperti yang diprediksi Freud. Kemudian Freud juga mengatakan ada ego, id dan superego, bahwa kita berada dalam pertempuran terus-menerus dengan keinginan dan kesadaran kita. Kita melihat itu sekarang dengan pemindaian otak atau brain imaging.

Ego pada dasarnya adalah otak PFC kita. Prefrontal cortex kita. Itulah diri kita. Ketika kita bertanya-tanya di mana saya? Ya, kita ada di sana. Posisinya tepat berada di belakang dahi kita. Karenanya jangan sekali-kali lagi ya menepuk jidat dengan keras-keras pada saat kita sadar melupakan sesuatu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline