Lihat ke Halaman Asli

Badan LitbangESDM

Badan Litbang ESDM adalah unit eselon I di bawah Kementerian ESDM yang bertugas melaksanakan kegiatan penelitian dan pengembangan sektor energi dan sumber daya mineral

Implementasi Sumur Pilot Multi Fracturing Horizontal Well

Diperbarui: 7 Agustus 2020   09:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Badan Litbang ESDM bekerja sama dengan SKK Migas dan Badan Geologi menyelenggarakan Focus Discussion Group (FGD) Strategi Percepatan Eksplorasi & Eksploitasi MNK (Migas Non Kovensional) Shale HC (Hidro Carbon) Melalui Implementasi Sumur Pilot Multi Stage Fracturing Horizontal Well (MSFHW) di Bandung (6/8) 2020. 

Kepala Badan Litbang ESDM, Dadan Kusdiana menjelaskan MNK memerlukan metode dan teknologi tersendiri yang berbeda dengan proses eksploitasi migas konvensional. Ia mengharapkan implementasi Sumur Pilot Multi Stage Fracturing Horizontal Well (MSFHW) dapat menjadi solusi teknologi dalam strategi percepatan eksplorasi dan eksploitasi MNK shale hidrokarbon.

"Kegiatan ini merupakan rangkaian penugasan Menteri ESDM kepada Badan Litbang ESDM, dalam pengusahaan penambahan produksi migas nasional melalui migas nonkonvensional", sambung Dadan.  

Dadan menjelaskan potensi migas nonkonvensional Indonesia sangat besar dengan total speculative resources sebesar 574.07 TCF (Trillion Cubic Feet). Secara geologi keberadaan hidrokarbon yang berada dalam reservoir nonkonvensional adalah keniscayaan. 

Keberadaan dari migas konvensional menunjukan bahwa di dalam reservoir nonkonvensional masih banyak tersimpan. Secara perhitungan sederhana keberadaan dari migas yang tertinggal di reservoir nonkonvensional adalah delapan kali lipat dari migas yang telah diproduksikan pada reservoir konvensional.

Peneliti PPPTMGB "LEMIGAS", Junita Trivianty menjelaskan diskusi ini melibatkan para pemangku kepentingan di bidang migas untuk percepatan pengusahaan migas nonkonvensional, antara lain SKK Migas, Badan Geologi, Universitas, Pertamina, PGN Saka Energi, Schlumberger, Halliburton, serta IATMI (Ikatan Ahli Teknologi Perminyakan Indonesia).

Pemegang Tolok Ukur Kegiatan Anggaran DIPA PPPTMGB "LEMIGAS" Tahun 2020, Junita berharap keluaran kegiatan penelitian ini antara lain suatu kajian yang komprehensif, mulai dari aspek teknis G&G (government to government), teknologi pemboran horizontal dan fracturing (perekahan), aspek komersialisasi dan proses bisnis serta aspek legal dan kebijakan.

"Salah satu tahap penting yang harus segera diwujudkan adalah mendorong pengeboran sumur pilot multi stage fracturing horizontal well untuk membuktikan potensi migas nonkonvensional menjadi tambahan produksi migas nasional", sambung Junita. (Ginanjar/ER)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline