Tulisan ini adalah hasil riset studi Kepustakaan tentang etika dikaitkan dengan gagasan pemikiran etika Stoa, mulai dari pemikiran Zeno, sampai kepada Marcus Aurelius. Studi kajian ini dilakukan oleh Prof Apollo Daito, dan Pio Oliang MS (2012-2020). Pada tulisan ini saya menyajikan sebagain gagasan tersebut terutama pada gagasan aliran Stoaism pemikiran Episteme Marcus Aurelius.
Pada tulisan ke [4] dibahas tema tentang "Keadilan Bertindak Untuk Tujuan Kepentingan Kosmopolits (Warga Negara). Marcus Aurelius mengatakan indra manusia harus peduli dengan dua hal saja: bertindak adil dan mencintai apa yang diberikan. Dia menyempurnakan 'bertindak adil' dalam hal bertindak bersama dan menambahkan di mana manusia harus hidup sebagai warga kota kosmik.
Pada gagasan kosmos adalah sebuah kota memungkinkan untuk mengatakan kita harus melakukan dengan baik untuk semua umat manusia. Karena masing-masing memiliki kewajiban warga negara untuk berkontribusi pada kesejahteraan seluruh kosmopolis, yaitu, untuk kesejahteraan semua manusia sebagai sesama warga negara. Sebaliknya, siapa pun yang tidak berkontribusi pada tujuan komunal (kepentingan golongan atau keleompok) bertindak dengan hasutan mungkin membenci satu manusia pun, karena ini membuat komunitas.
Secara mengejutkan, Marcus Aurelius tampaknya menetapkan tujuan komunal ini dalam hal ketidakpedulian pada pada kebajikan, dengan hasil kesadaran indra manusia harus bertujuan untuk menghasilkan ketidakpedulian yang lebih disukai untuk keseluruhan yang menjadi bagiannya.
Ketika menjelaskan apapun yang terjadi pada suatu bagian menguntungkan keseluruhan, dan apa yang menguntungkan (untuk golongan) bagi satu manusia tidak bertentangan dengan apa yang menguntungkan bagi manusia lain.
Marcus Aurelius menulis dengan 'minat' berarti hal-hal perantara; mungkin mengambil ini untuk mengikuti pada kebetulan apa yang sesuai dengan alam untuk keseluruhan dan bagian.
Tentu saja, upaya kesadaran indra manusia untuk memberi makanan kepada yang lapar, atau memberi manfaat kepada mereka makanan, mungkin gagal, sehingga Marcus Aurelius merekomendasikan mengejar tujuan tersebut dengan reservasi ( hupexairesis ), membuat impuls kesadaran indra manusia tergantung pada apa yang ditakdirkan untuk terjadi.
Agaknya respons ini didasarkan pada kepedulian alami (oikeiosis), yang paling mendasar bertanggung jawab atas kepedulian orang tua terhadap anak-anak mereka. Dan Marcus Aurelius mengatakan pada dirinya sendiri untuk menganggap manusia lain sebagai miliknya sendiri (oikeiotaton) ketika berpikir bagaimana menguntungkan mereka dan bagaimana tidak menghalangi rencana mereka.
Marcus Aurelius mengatakan sifat rasional bekerja dengan baik ketika mengarahkan impuls ( hormai) ke tindakan komunal. Kita harus melakukan apa didalilkan pada konstitusi Negara atau kota kita, dan fakultas komunal memainkan peran utama dalam konstitusi manusia. Setelah fakultas komunal muncul fakultas rasional, tetapi sekali lagi, fakultas rasional disempurnakan dalam penciptaan keadilan.
Sebagai manusia, kesadaran indra manusia dapat berkontribusi pada kesempurnaan (kepentingan komunal) pada seluruh organisasi politik; Marcus Aurelius mendesak untuk membuat setiap tindakannya sempurna pada kehidupan politik. Terkadang Marcus Aurelius melangkah lebih jauh dengan mengidentifikasi kebaikan (agathon ) makhluk rasional dengan komunitas.
Akhirnya, Marcus Aurelius menyangkal pernah ada pertentangan antara kebaikan individu dan kebaikan seluruh komunitas di mana individu itu menjadi bagian. Marcus Aurelius mengatakan, di satu sisi, kesempurnaan, kesejahteraan, dan stabilitas keseluruhan tergantung pada apa yang terjadi pada setiap bagian.