Lihat ke Halaman Asli

Baitus Muhammad

Orang biasa

Hujan di Petang Hari

Diperbarui: 25 Februari 2024   19:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Di petang yang hening, hujan turun lembut,

Membanjiri bumi dengan kelembutan menyapu.

Di gubuk ini, kenangan bersemi,

Teringat kakek dalam tiap tetes di atas bumi.


Dulu, di sini, di balik atap yang retak,

Kakek berdiri tegar, sigap terjaga tiada henti.

Bocor demi bocor, ia perbaiki dengan cinta,

Mengukir cerita di setiap serpihan bambu.


Hujan mengingatkanku akan suara beliau yang sepuh,

Menyemangatiku dalam setiap usaha dan kegigihan.

Tak pernah lelah, tak pernah mengeluh,

Kakek menatap dunia dengan mata penuh harap.


Gubuk ini saksi bisu perjuangan seorang kakek,

Yang tiada kenal lelah, tiada kenal menyerah.

Dalam setiap tetes hujan, ia hadir dalam ingatan,

Membawa kehangatan dan kebijaksanaan di hati.

Hujan di petang hari, serupa dengan pelukan kakek,

Menyelimuti dunia dengan kebaikan dan kedamaian.

Di gubuk bambu ini, kenangan abadi terpatri,

Kakek, dalam hujan, tetap hadir dalam hati.

Kraksaan, 25 Februari 2024




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline