Lihat ke Halaman Asli

Bagas Romadhona Sukma

Mahasiswa Program Studi S2 Magister Perencanaan Wilayah dan Kota, Universitas Islam Sultan Agung (UNISSULA)

Ruang Komersial diarea Akulturasi Budaya Hidup di Kawasan Pasar Ketanggungan Brebes

Diperbarui: 24 September 2025   12:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kawasan Pasar sebagai Ruang Sosial

Pasar Ketanggungan di Kabupaten Brebes bukan sekedar pusat perdagangan tradisional tetapi denyut nadi aktivitas sosial budaya dan ekonomi masyarakat. Lokasinya yang strategis menjadikannya titik temu berbagai kepentingan, dari perdagangan rakyat hingga fasilitas modern. Disekelilingnya berdiri Yogya mall, minimarket modern, Stasiun Kereta Api Ketanggunan, Kantor Pos, Perbankan dan Masjid Badawi yang bersejarah.  Kombinasi ini membuat Kawasan Pasar Ketanggunan menjadi simpul komersial yang kompleks sekaligus menghadirkan tantangan besar dalam Pengelolaan Ruang.

Akulturasi Budaya Sunda dan Jawa yang Hidup 

Ketanggungan merupakan wilayah peralihan antara budaya Sunda dan Jawa. Suasana sekitar pasar mencerminkan akulturasi itu. Dari cara pedagang menawarkan barang, logat bahasa, hingga jenis jualan yang dijajakan, semuanya menunjukkan perpaduan unik. Sebagian pedagang dan pembeli memakai bahasa Sunda, sebagian lagi menggunakan bahasa Jawa, bahkan sering tercipta komunikasi campuran yang cair dan akrab. Lebih dari sekadar jual beli, interaksi ini adalah wujud penerimaan dan pembauran budaya, di mana masyarakat tidak sekadar berdampingan, tetapi saling mengadopsi tradisi satu sama lain. 

Jejak Pedagang Arab

 Identitas Pasar Ketanggungan semakin berlapis dengan hadirnya pedagang keturunan Arab. Banyak toko permanen di sekitar pasar dikelola oleh mereka, khususnya di sektor grosir, tekstil, dan kebutuhan rumah tangga. Tradisi niaga mereka yang kuat sejak lama menambah karakter pasar: bukan hanya Sunda- Jawa, tapi juga Arab, sehingga kawasan ini menjadi ruang multikultural yang khas.

 Tradisi, Modernitas, dan Religiusitas

Pasar tradisional dan PKL tetap bertahan meski Yogya Mall dan minimarket  menghadirkan gaya belanja modern. Kontras ini menggambarkan budaya konsumsi masyarakat Brebes yang lentur: tradisi tidak hilang, modernitas diterima.

Masjid Badawi memberi dimensi religius dan historis yang mempertemukan orang Sunda, Jawa, maupun Arab dalam ruang spiritual yang sama. Kehadiran stasiun, perbankan dan kantor pos menambah lapisan mobilitas sosial, menjadikan Ketanggungan sebagai simpul pertemuan budaya dan sejarah.

Ruang Publik yang Dinamis

Kawasan Pasar Ketanggungan adalah ruang publik yang selalu bergerak, diisi oleh beragam lapisan masyarakat. Di sepanjang jalan, pedagang kaki lima (PKL) hadir bukan hanya sebagai pelengkap pasar, melainkan juga simbol ekonomi kerakyatan yang fleksibel. Mereka menyesuaikan ruang sesuai kebutuhan, mulai dari menjajakan makanan ringan, pakaian murah, hingga jasa perbaikan sederhana.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline