Lihat ke Halaman Asli

ayub badrin

Ayub Badrin seorang jurnalis

Komunitas Kata-Kata Menguak Tabir Amir Hamzah bersama Damiri Mahmud

Diperbarui: 16 Februari 2019   18:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. Pribadi

Damiri Mahmud mengatakan Penyair Amir Hamzah bukanlah penyair sufi laiknya Jalaluddin Rumi.   Damiri menganggap puisi-puisi Amir Hamzah kebanyakan ditujukan kepada kekasihnya Llik Sundari. 

Hal itu terungkap dalam acara yang digagas Komunitas Kata Kata Medan dalam sebuah tajuk berjudul "Diskusi Mengenang T Amir Hamzah dan Rumi", Jumat (15/2/2019).

"Saya tidak menemukan nilai estetis dalam puisi Amir Hamzah tentang ketuhanan.  Sebagai orang melayu tentunya saya dekat dengan bahasa yang dipakainya.  Saya lebih kepada kekasihnya Llik Sundari, " jelas Damiri. 

Dok. Pribadi

Damiri berpendapat bahwa sajak-sajak Amir Hamzah dalam Nyanyi Sunyi terutama "Padamu Jua" adalah sajak cinta, pelukisan kepatahhatian Amir terhadap Ilik Sundari. Damiri menolak pendapat H.B. Jassin, A.H. Johns, A. Teeuw, Abdul Hadi W.M., Sutan Takdir Alisjahbana, dan lain-lain yang menepiskan eksistensi Amir Hamzah sebagai penyair lirik dan romantik, lebih menganggapnya sebagai mistikus atau sufi yang bersifat utopia belaka. Di mata mereka Amir Hamzah hanya mempermasalahkan kematian belaka dan tidak punya semangat hidup di dunia.

Ceramah ini menarik perhatian Jajang C. Noer yang pernah mengungkapkan hal senada kepada Arifin C. Noer tetapi tidak ditanggapi sang suami dengan serius. Kemudian H.B. Jassin tertarik dan merekomendasikan supaya dibukukan karena katanya pantas diketahui masyarakat umum sebab pembahasannya lebih memusatkan kepada riwayat hidup penyairnya. Tahun 1994, Dewan Kesenian Sumatera Utara menerbitkan ceramah itu sebagai sebuah buku dengan judul Amir Hamzah Penyair Sepanjang Zaman (Penafsiran Lain tentang Nyanyi Sunyi).

Pada 6 Juni 2007, Damiri kembali tampil mengetengahkan pendapatnya ini dalam Seminar Kesusastraan Bandingan Antarbangsa di Kuala Lumpur, Malaysia. Buku tentang Amir Hamzah yang ditulis oleh Damiri pernah pula diminta oleh Taufiq Ismail untuk dibukukan di Jakarta. Bahkan, seusai menjadi pembicara dalam seminar sastra bandingan tersebut, buku tersebut akan diterbitkan di Malaysia dengan judul Menafsir Kembali Nyanyi Sunyi.

Dok. Pribadi

Damiri memiliki banyak alasan yang benar-benar dapat diterima oleh akal. Semua yang menafsir puisi Amir Hamzah tidak mengerti betul tentang Melayu dan kemelayuan.

Amir Hamzah sebelum menikah dengan Tengku Kamaliah, dia telah dua kali mengalami patah hati. Pertama dengan Aja Bun di Langkat dan patah Hatai keuda yang sangat mendalam dengan Ilik Sundari gadis Solo.

Amir seorang berdarah biru dari Kerajaan Langkat berhati lembut dan penuh santun. Tatakramanya terpelihara. Tutur bahasanya sangat baik bahkan indah, demikian kata Damiri.

Sayangnya para pemerhati/penafsir puisi Amir Hamzah tidak sampai melihat kuatnya tradisi istana dan kemelayuan dalam karya-karyanya.

Puisi Padamu Jua, adalah karya agung penuh cinta yang agung terhadap kekasihnya Ilik Sundari yang berada di Solo. Kedalaman cinta Amir Hamzah terhadap Ilik Sundari diperoleh Damiri dari keterangan Putri Amir Hamzah, Tengku Tahura Alautiyah dan isteri Amir Hamzah sendiri Tengku Kamaliah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline