Romo Pun, Ujung-ujungnya Duit (UUD).
Homili atau khotbah Romo Yohanes Deodatus, SJ pada Ekaristi Kudus kemarin 21 September 2025, Hari Minggu sore sangat menarik tentang duit atau uang. Kemarin Tiar dan saya mengikuti Ekaristi Kudus atau Misa Hari Minggu di Paroki Katedral Jakarta. "Sekarang semua ukurannya adalah duit. Ada sebuah cerita seorang ibu yang anjingnya meninggal dunia menelepon seorang Romo", homili Romo Yohanes.
"Romo saya mau minta berkat untuk anjing saya yang meninggal dunia", si ibu meminta pada si Romo.
"Waduh ibu berkat itu hanya untuk hal-hal yang penting dan hanya untuk manusia. Masak anjing mati diberkati sih Bu?", si Romo menjawab si ibu.
"Wah tolonglah Romo berkati anjing saya yang meninggal dunia", pinta si ibu lagi.
"Tidak bisa ibu. Berkat Romo itu hanya untuk manusia", lagi si Romo menjawab marah.
"Saya akan bahagia jika anjing saya yang meninggal dunia diberkati lebih dulu melalui seorang Romo. Padahal setelah anjing saya diberkati oleh Romo, saya sudah berencana akan menyumbang ke Gereja", si ibu menjelaskan rencananya ke si Romo.
"Waduh ibu tidak mengatakan sejak awal kalo anjing itu Katolik", jawab si Romo.
Mendengar cerita Romo Yohanes ini, "ibu tidak bilang sejak awal bahwa anjing ibu Katolik" umat tertawa meriah. Ya karena si Romo mengukur uang dan agama, lalu umat mentertawakan kelakuan si Romo dalam cerita di homili Romo Yohanes. Terasa ada ungkapan "kebenaran" dalam tertawanya umat di Gereja saat terbahak-bahak mendengar homili Romo Yohanes. "Ya begitulah sekarang, Romo saja berpikirnya sekarang dikondisikan semua ukurannya uang", Romo Yohanes melanjutkan homilinya. Romo Yohanes ingin menceritakan homilinya ini untuk membuatkan umat agar setia dalam hal yang kecil sebelum hal yang besar. Setia pada hal kecil dan pekerjaan serta tanggung jawab kita jangan hanya karena uang.Sebuah otokritik yang sehat dan faktual oleh seorang Romo dan umat bagi dirinya sendiri. Ya memang sekarang ini banyak sekali Romo yang dikritik umat yang ukurannya hanya uang, kenikmatan dan materi atau uang sebagai kedekatan pada umat dan pelayanannya. Para Romo sudah lupa atau tidak ada waktu lagi melayani umatnya yang miskin dan berkebutuhan khusus. Tuntutan pelayanannya dalah membangun gedung dan untuk itu harus mencari duit. Pelayanan lain nomor dua bahkan melayani umat miskin dan berkebutuhan khusus menjadi urutan nomor 10 dalam pelayanan. Inilah potret perilaku pastoral banyak Romo di Jakarta, dikondisikan menjadi Ujung-Ujungnya Duit (UUD), apalagi kalo sudah ada proyek pembangunan gedung gereja atau paroki. Romo-romo langsung jadi patuh pada UUD Rp untuk mengejar membangun bangunan gereja yang besar. Situasi ini membuat para Romo terjebak dan menjatuhkan dirinya untuk patuh pada UUD Rp. Ya dan umat mentertawakan Romonya yang hanya patuh dan setia pada UUD Rp. Bagaimana komen kawan-kawan? Bagaimana Romo idola versi kamu? Silahkan ditulis di kolom komen.
Jakarta, 22 September 2025.
Astina.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI