Lihat ke Halaman Asli

Qurotul Ayun

Editor dan Penulis Buku

Hidup Sehat dengan Germas ala Anak Kos

Diperbarui: 16 Juli 2019   12:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber: depkes.go.id

Tepat 17 Agustus 2015, saya dan beberapa teman mendaki Gunung Merbabu. Medan yang penuh tanjakan dan licin oleh debu karena lama tak terguyur hujan membuat para pendaki harus ekstra hati-hati dan sabar. Sekembalinya dari pendakian, baru terasa kaki pegal-pegal. Keesokan harinya, pegal-pegal di kaki memang belum sepenuhnya hilang, tapi badan sudah bugar dan siap beraktivitas lagi. Jam 07.30 saya masuk kantor. Sementara, teman saya memilih izin untuk memperpanjang istirahat karena masih kecapekan dan lemas.

Di lain waktu, saya sedang menjalankan puasa Ramadhan dan harus mengikuti study tour ke Golconda Fort. Benteng bersejarah ini terletak di atas bukit sehingga wisatawan harus mendaki hingga puncak benteng. Waktu puasa yang 1,5 jam lebih lama dibanding Indonesia tidak menghalangi saya. Dengan lincah tanpa terlalu lelah, saya kuat mendaki meski sedang berpuasa dan sinar matahari sangat terik kala itu.

Padahal, jika kembali ke tahun-tahun sebelumnya di masa kuliah, saya merupakan orang yang kecanduan kerokan. Kehujanan sedikit, langsung meriang. Kehujanan banyak, langsung kerokan. Dalam satu bulan, bisa 3-4 kali saya minta dikeroki. Kecapekan sedikit langsung manggil tukang pijit. Keseringan jalan-jalan langsung tumbang. Dari situlah muncul kesadaran saya untuk menjalankan gaya hidup sehat sebagaimana dikampanyekan oleh Kementerian Kesehatan lewat GERMAS (Gerakaran Masyarakat Hidup Sehat). Tinggal di kos-kosan dan jauh dari orang tua bukan alasan untuk tidak bisa menerapkan gaya hidup sehat. Meski anak kos identik dengan makanan instan, bukan tidak mungkin untuk menjaga kesehatan dengan baik.

Tak bisa dipungkiri bahwa dalam bidang kesehatan, sampai sekarang Indonesia masih memiliki tantangan besar, salah satunya adalah meningkatnya penyakit tidak menular (PTM). Diabates, kanker, stroke, dan penyakit jantung koroner menduduki peringkat tertinggi pada tahun 2015. Sementara itu, menurut laporan The Legatum Prosperity Index 2017, indeks kesehatan global Indonesia berada di posisi ke 101 dari 149 negara. 

Kesadaran untuk hidup sehat di Indonesia memang masih rendah. Padahal, gaya hidup sehat sangat berpengaruh terhadap kualitas kesehatan, baik dalam jangka pendek maupun panjang, termasuk mencegah PTM. Dokter Hiromi Shinya yang sudah berpengalaman selama 40 tahun melihat bahwa 90% dari segala penyakit diakibatkan oleh hal-hal yang berhubungan dengan gaya hidup. Berkaitan dengan ini, pemerintah gencar mengajak masyarakat untuk hidup sehat.

Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) merupakan suatu tindakan sistematis dan terencana yang dilakukan secara bersama-sama oleh seluruh komponen bangsa dengan kesadaran, kemauan dan kemampuan berperilaku sehat untuk meningkatkan kualitas hidup. Pelaksanaan GERMAS harus dimulai dari keluarga, karena keluarga adalah bagian terkecil dari masyarakat yang membentuk kepribadian. (www.depkes.go.id)

Sebagai pelaku gaya hidup sehat, sebisa mungkin saya melakukan GERMAS dalam kehidupan sehari-hari, misalnya melakukan aktivitas fisik, mengonsumsi sayu dan buah, menjaga kebersihan lingkungan, tidak merokok, dan lain-lain. Sekarang, saya sangat bersyukur karena semua keluhan kesehatan tinggal kenangan. GERMAS membawa perubahan yang sangat berarti bagi kesehatan saya, tertutama untuk meningkatkan sistem imun. Karena jika sistem imun kuat, kita tidak mudah terjangkit penyakit, baik penyakit menular maupun tidak menular.

Inilah tips dari saya sebagai anak kos untuk menjalankan GERMAS demi kesehatan yang lebih berkualitas dan menghindari PTM.

1. Makan Buah sebelum Makan Berat

Di antara aroma kopi yang menguar setiap pagi di kantor, saya memilih meneguk jus buah murni atau mengunyah buah-buahan potong. Tentu bukan tanpa alasan saya memilih buah untuk mengawali sarapan. Sebab, di waktu pagi, tubuh memasuki fase pembuangan, baik lewat BAB, BAK, pori-pori (keringat), dan napas. Proses pembuangan ini menyita banyak sekali energi tubuh. Agar energi tubuh fokus pada proses pembuangan, bukan untuk mencerna makanan berat, sebaiknya kita awali hari dengan makanan yang mudah dicerna. Buah adalah pilihan terbaik, karena selain ringan di pencernaan, fruktosa buah juga cepat memberi energi untuk beraktivitas. Mau apel, jeruk, pisang, nanas, atau buah lain, pilih yang matang sempurna.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline