Lihat ke Halaman Asli

Dibalik Secangkir Kopi

Diperbarui: 30 Desember 2016   12:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://www.google.co.id/search?q=secangkir+kopi&biw=1366&bih=662&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwidqaGvlpvRAhUHTo8KHV9zBpEQ_AUIBigB#imgrc=vD3ZTysXpvvpnM%3A

Suara gemuruh pagi hari yang mengitari rumahku, aku mulai mengawali hari dengan seteguk kopi yang menghiasi setiap hari pagi indahku dengannya aku berbicara mengenai perasaanku. Awalku bertemu dengan seorang lelaki yang selalu memancarkan senyuman kepada setiap orang. Raut wajahnya yang begitu indah membuatku selalu ingin menyanjungnya. Lingkaran mata yang begitu indah dengan tatapan matanya yang tajam menambah pancaran aura kagum setiap orang yang melihatnya .

Kami bertemu di sebuah kafe dekat kampus sambil mencuri pandangan satu sama lain. Lelaki itu bernama Randi, setiap kali bertemu dengannya kami hanya menyapa melalui senyuman. Walaupun sebenarnya hati ini ingin sekali berbicara dengannya. Rasa malu yang selalu menghalangiku setiap bertemu dengannya merasa kaku tanpa rasa. Pada saat mengikuti suatu komintas di kampus, aku tidak menyadari  diapun bergabung dengan komunitas itu. Seiring waktu kami selalu bertemu satu sama lain dan kami mengisi acara dalam komunitas menjadi satu kelompok sehingga membuat kami semakin dekat.

Ia bergegas menghampiri ku

“ Nina nina.” Randi bertiak memanggil ku

“ Iya kenapa ? “ aku menoleh kepadanya

“ aku ingin bicara soal program acara kita , ketemuan di tempat biasa ya. ” sambil bertiak di jalan mengarah kepadaku

“ iya ran.... “ balasan dengan rawut senyum dan hati gembira

Kami pun bertemu di kafe dekat kampus, kita membahas konsep program  dengan canda tawa yang menghiasi rapat kita setiap dia menjelaskan kepadaku aku memandang wajah indah nya yang selalu membuatku berdetak kencang hati ini. Hiasan kertas dan secangkir kopi terletak di atas meja dengan suasana keramaian kami mengobrol banyak hal sehingga larut malam kami pun bergegas pulang,

“ Nin, kamu pulang bareng aku saja sudah malam juga ga baik kamu pulang sendiri “ sambil membereskan barang di atas meja

“ Ah?? Ga usah ngerepotin nanti aku ran.”

“ Tidak kok nin santai aja kali ayok jangan nolak ah kita kan satu tim.”

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline