Lihat ke Halaman Asli

Ayu Bejoo

Moody Writer

Rindu Masakan Ibu Edisi Ramadan

Diperbarui: 16 April 2021   22:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Source: bertuahpos.com

Betapa cepatnya waktu berlalu, tidak terasa bulan bintang merengkuh tanggalan dengan cakap. Padahal terasa baru dilepas Bapak dan Ibu merantau ke pulau seberang untuk menuntut ilmu, sekarang sudah menjadi istri orang. 

Memang benar kata Tere Liye: "Waktu itu adalah lingkaran nasib tanpa henti, siang-malam, pagi-petang, sepanjang tahun tak pernah rehat. Dalam setiap kesempatan putaran nasibnya selalu terjadi tiga kemungkinan, paralel, bergerak serentak."

Masih lekat dalam ingatan, ketika Ramadan datang, riuh-riuh kegembiraan dan hawa kebersyukuran seakan-akan memenuhi langit desa kami. Yang sekarang cukup kita saksikan kemunculan iklan marjan di televisi. 

Biasanya beberapa hari selang Ramadan datang, warga desa akan gotong royong membersihkan masjid dan tempat pemakaman, kemudian bila maghrib tiba, berbondong-bondong anak gadis mengantarkan makanan buatan Ibunya ke masjid, tempat di mana akan diadakan doa menyambut bulan keberkahan.

Selepas asar pada petang bulan Ramadan, sambil menunggu pengumuman dari Pak Menteri kapan tepatnya mulai berpuasa, warga desa akan berduyun berziarah ke makam atau kuburan ahlul bait-nya masing-masing.

 Tak terkecuali saya, dulu ketika sebelum tahun 2017 pada petang Ramadan, saya dan Bapak akan selalu berziarah ke makam Wak dan Nek, namun tepat di akhir bulan Sya'ban pada tahun 2017 Bapak sudah pergi, ke semesta yang lebih layak. 

Maka di tahun selanjutnya, mulailah saya mengajak adik saya yang paling bungsu dan beberapa keponakan untuk meneruskan tradisi saya dan Bapak.

Tak hanya sampai di situ, yang paling menarik dari desa kami adalah tradisi berbagi makanan/takjil kepada tetangga, yang masih awet sampai sekarang, tradisi yang sangat jarang atau tidak pernah saya temukan di kota-kota yang saya pernah sampai. 

Maka inilah yang paling saya rindukan ketika Ramadan menjelang, tahun ini adalah tahun Ramadan pertama saya sebagai seorang istri, tinggal bersama suami, tentu saja yang paling saya rindukan adalah ritual masakan Ibu selama Ramadan berlangsung. 

Terdapat tiga puluh hari spesial di mana saya dan saudara-saudara saya memiliki hari istimewa, kami biasanya tinggal request ke Ibu ingin memakan apa saat berbuka, sebagai orang Melayu tak pelik masakan yang kami cicipi beraneka rasa. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline