Lihat ke Halaman Asli

Ikhwanul Halim

TERVERIFIKASI

Penyair Majenun

Rusunawa (Bab 26)

Diperbarui: 28 September 2022   08:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dok. pri. Ikhwanul Halim

Hal yang berkesan bagi Rano pada hari dia tamat dari SMA adalah tidak ada acara perpisahan yang meriah seperti umumnya sekolah besar di luar lingkungannya yang kumuh.

Rano meraih nilai tertinggi UN di sekolahnya, juga dalam semua mata pelajaran IPS dan beberapa mata pelajaran umum lainnya.

Siswa saling berpelukan dan mengaku akan merindukan kebersamaan sambil berkumpul di aula, menunggu kehadiran kepala sekolah.

Kepala sekolah, seorang pria kurus di awal lima puluh tahun, berjalan masuk. Celananya yang kedodoran serasi batik lusuh yang kebesaran. Tangan kanannya memegang tongkat komando dan tangan kirinya berulang kali menaikkan kacamata yang tak henti-henti melorot ke ujung hidung.

Siswa-siswa yang menyadari kehadirannya, dan berangsur-angsur aula menjadi hening dan mereka semua berdiri. "Selamat pagi, Pak," seru siswa serentak.

Bapak Kepala Sekolah mengangguk dan memberi isyarat agar mereka duduk sementara dia melangkah ke atas podium. Kayunya lapuk, siapapun harus berhati-hati agar tidak jatuh.

Berdiri di depan mimbar, matanya menjelajah ke seluruh aula dan dia tersenyum. Wajah-wajah yang tampak semringah. Mereka akhirnya akan meninggalkannya. Mereka semua telah lulus SMA.

Dia memposisikan dirinya dengan baik dan mengambil mikrofon dari wakil kepala sekolah yang berdiri di sampingnya lalu tersenyum malu-malu.

"Selamat pagi, para siswa. Bapak berharap kalian semua berhasil menyelesaikan ujian kalian dengan baik dan akhirnya meninggalkan dinding dan pagar sekolah."

"Betul, Paaak!" jawab mereka serentak.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline