Lihat ke Halaman Asli

Ayah Farras

mencoba menulis dengan rasa dan menjadi pesan baik

Bukanlah Angka Pembaca dan Terus Menulis, Tak Ada Kasta dalam Tulisan

Diperbarui: 16 Desember 2020   10:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi: freepik

Ah malas deh mau nulis sebab tulisan saya adalah fiksiana pasti kalah populer dengan politik. Jangan-jangan tulisan saya tidak ada yang baca dan saya jadi minder. Koq bisa? 

Semua rasa yang muncul dalam menulis adalah wajar dan memang karena melihat fenomena jumlah pembaca, maupun komentar di Kompasiana. 

Jumlah pembaca lagi-lagi jadi momok bagi yang tak mengetahui tips dan trik. Semua hanyalah bagian tindak lanjut atas tulisan yang sudah kita buat dan di  publish ke publik atau pembaca. Trik ini hanya bagian yang perlu dijalankan dan perlu sesaat berpikir bahwa tulisan setidaknya perlu di bagikan ke komunitas yang memang pada tempatnya. Contoh tulisan politik di bagikan ke komunitas politik yang sepaham pasti akan meningkatkan jumlah pembaca. Begitu juga dengan artikel kuliner ya akan ramai pembacanya jika tulisan dinikmati oleh komunitas pecinta kuliner. 

Memang ada kalanya ketika tulisan kita berimbas dengan hal yang populis terkait kondisi terkini seperti topik dan isu yang berkembang. Semisal Habib Rizieq, vaksin covid 19, korupsi menteri, topik penembakan 6 laskar FPI oleh polisi, Pilkada serentak 2020, isu dinasti Jokowi dan lain-lainnya. 

Di saat topik populer menghangat dan memanen angka jumlah pembaca sementara kita menulis hal yang biasa saja. Seperti menulis manfaat telur,puisi, karya dan jasa guru Indonesia, wisata di satu daerah, ragam budaya di sekitar, karya penemuan, hingga karya tulis sekolah yang semestinya di 'publish'. Jangan takut, lakukan terus menulis dan menulis sebab karya atau tulisan tak berbatas waktu atau mesti populer. 

Stop berpikir sempit! Tulisan populis tak permanen tapi tulisan yang memiliki hikayat dan berakarlah yang abadi tak lekang oleh waktu. Tulisan populis ya akan berhenti di saat momen riuh berakhir. Maka dengan itu berakhir pula momen mendulang angka pembacanya. 

Jadi begini ceritanya bahwa tulisan adalah pemikiran yang tertuang dan hadir jadi kata yang bisa terbaca oleh setiap individu. 

Semua tulisan adalah tak sia-sia sekalipun tak populis di mata publik. Semua tulisan adalah karya dan tercatat secara utuh dalam jejak digital maupun jejak batin. Beruntungnya tulisan tak populis adalah tulisan yang tak berbatas waktu. Catat!! 

Jika hanya mementingkan tulisan populis sebenarnya mudah. Tarikan judul semestinya dibuat mencengangkan bahkan menjadi tak soal perihal isi bahkan uraian yang dikupas. Namun bukan itu masalahnya! Uraian yang dikupas terkadang jauh dari keberanian mengungkap jelas judul. Terkadang judul menjauh dari isi yang disampaikan. Tak jernih mengupas isi tulisan terkait judul. 

Maka dari itu semua berhak memiliki nurani menulis dengan petualangan rasa tak berbatas. Sudah jelas hasil tulisan akan memiliki feed back

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline