Lihat ke Halaman Asli

Ayah Farras

mencoba menulis dengan rasa dan menjadi pesan baik

"Hilal Telah Tampak" Kenapa Bang Udin Bersedih? Ada Apa?

Diperbarui: 23 Mei 2020   21:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber Foto: Istimewa/KompasTV

"Hilal telah tampak", ah jadi judul yang kini bisa saya tulis. Bukankah memang kata itu yang dinanti bagi semua umat muslim di dunia dan Indonesia khususnya. Ya tentu saja semua menantikan datangnya hilal sebagai penanda Ramadan telah berakhir. Ada yang bergembira akan datang datangnya hilal tapi tak semua. Ya tak semua nyatanya sekalipun dalam kesemangatan yang sama di hari yang fitri.

Pandemi corona telah bergejolak dan bisa dibilang terus melaju. Segala upaya telah dilakukan baik dengan kebijakan PSBB maupun lockdown lokal. Setelah upaya dilakukan dalam pencegahan penyebaran virus kini muncul dampaknya di segala bidang terutama ekonomi dan keuangan.

Pikiran Bang Udin Berkecamuk

Bang Udin tak sumringah dalam beberapa hari ini jelang lebaran walaupun terhitung tinggal seminggu. Entah apa yang menggelayuti. Apakah karena cucunya yang sedang dirawat di rumah sakit ? atau baju lebaran? Di sudut gang yang tampak ramai penghuni dan terlihat kumuh duduklah bang Udin dengan tangan menahan dagu yang seharusnya tak perlu ditahan karena memang Bang Udin tampak sehat.

Sebagai seorang office boy di suatu kampus yang biasa saja sebenarnya tanpa corona datang pun ya memang sudah kembang kempis kantong Bang Udin.  Mahasiswa yang terdaftar di kampus tersebut juga semakin lama semakin menurun jumlahnya tak tahu mengapa.

Ongkos Bang Udin pun juga tak mendukung untuk tugasnya sebagai seorang office boy. Dalam kesehariannya hanya terpikir ongkos ke kampus. Nominal yang diterima memang di luar logika sebab di bawah satu juta dia terima setiap bulan.

Usaha yang membantu dapurnya dibantu oleh sang istri yang berjualan nasi uduk di rumah. Hasilnya pun hanya cukup untuk makan sehari-hari dan kadang modal untuk jualan besok dia pinjam dari tetangga.

Bang Udin sangat sayang kepada anak-anak dan cucunya. Di tengah pandemi ini anak-anaknya pun mengalami dampak ekonomi ada yang dirumahkan dan di PHK  hingga akhirnya kumpul jadi satu di rumah Bang Udin. Betapa tidak Bang Udin memikirkan dan menanggung mereka sementara di usia senjanya tak ada lagi yang dia bisa lakukan.

Tak ada THR (Tunjangan Hari Raya) dia terima dan gajipun mulai tak jelas. Hatinya semakin merintih tatkla lebaran semakin mendekat. Bang Udin sedikit lirih berkata " Bu, maapin bapak ya sampai sekarang belon ada kabar dari kampus soal uang tambahan buat lebaran," kata Bang udin. " Ngga pape pak kan dah biasa kayak taon kemaren," kata Istri Bang Udin agak santai. " Lagian buat apalagi sih, asal kita sehat dan bisa ikut lebaran juga sama aje,"tambah Istri Bang Udin beri semangat.

Kesabaran istri Bang Udin memang sudah teruji tiada akhir sebab sepertinya ini perulangan dari tahun-tahun sebelumnya. " Kite harus nikmatin aje yang ade pak, kan sebelomya juga ngalamin," kata IStri Bang Udin.

Hari semakin mendekat lebaran dan keadaan masih seperti biasa. Bang Udin terus seperti ada pemberontakan dalam hatinya. " Ya Allah, Apa iya mesti seperti ini terus dan saya tersisa duit cuma 150  ribu," ujar Bang Udin setengah menunduk saat duduk di teras rumah dan mengadukan masalahnya ke Allah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline