Lihat ke Halaman Asli

Raport dan Tujuan Pendidikan

Diperbarui: 24 Maret 2017   11:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Di minggu ini atau minggu depan sebagian orang tua yang mempunyai anak yang sedang menjalani pendidikan di tingkat SD harus datang ke sekolah untuk memenuhi undangan pihak sekolah dalam rangka penerimaan raport tengah semester, atau disebut raport bayangan. Pada tahap ini bagi orang tua dan guru (tenaga pendidik) merupakan waktu yang tepat dalam menjalin komunikasi dan diskusi terkait dengan perkembangan anak baik di sekolah maupun di rumah. Namun bagi sebagian orang tua mungkin kesempatan seperti ini kurang penting, atau bahkan tidak penting khususnya bagi kaum bapak, kemudian menyerahkan tugas ini kepada seorang istri.

Ternyata anggapan seperti ini benar adanya, pagi tadi saat saya mendampingi istri dalam pengambilan raport anak saya yang pertama, tak banyak sosok bapak dari orang tua yang hadir, mungkin hanya 10% yang hadir lengkap pasangan suami-istri. Saya pikir sikap seperti ini tidaklah baik, karena tanggungjawab dalam mendidik anak adalah tanggungjawab bersama. Dulu bikin anak saja bersama-sama kok masa merawat, membesarkan dan mendidiknya diserahkan ke salah satu pihak? Apalagi di serahkan ke orang lain? Makin tidak baik sikap seperti itu.

Kembali ke soal raport atau hasil belajar anak di sekolah. Ketika kita sebagai orang tua mendapatkan hasil belajar (raport) anak dengan hasil yang bagus, tentu orang tua akan merasa senang bahkan bangga. Tetapi tatkala raport yang dilaporkan hasilnya kurang bagus atau bahkan jeblok, sebagian besar orang tua pasti akan malu, marah dan kecewa. Hal seperti itu lumrah, karena anggapan sebagian besar orang tua proses keberhasilan pendidikan anak dapat diukur dari hasil raport di akhir belajar baik tengah semester maupun akhir semester.

Tapi tunggu dulu pak-bu? Apakah benar anggapan umum demikian? Apakah keberhasilan pendidikan anak hanya diukur dari nilai raport? Bagi saya raport bukanlah satu-satunya alat ukur dalam menilai keberhasilan seorang anak dalam pendidikan. Bukankah raport itu hanya berupa angka atau rangkuman kata-kata yang merupakan cerminan kecerdasan secara kognitif (IQ)? Apa kita lupa bahwa kecerdasan itu multi (banyak)? 

Berdasarkan berbagai penelitian bahwa keberhasilan anak kelak itu lebih tergantung kepada kecerdasan emotional (EQ) dan spiritual (SQ) dibanding kecerdasan intelektual (IQ). Kita mungkin sudah banyak menemukan kasus yang ada dalam kehidupan kita sehari-hari bahwa banyak orang yang berhasil dalam hidupnya (baik berhasil dalam ukuran duniawi maupun ukhrawi) bukan karena dia pintar saat sekolah dan saya percaya pasti kita setuju dengan hal itu.

Apakah kita lupa bahwa tujuan dari pendidikan itu bukanlah menjadikan anak kita pandai dalam mengerjakan ujian? Menjadikan anak kita berhasil mendapatkan nilai raport tertinggi? Saya kira itu kesalahan yang perlu diluruskan. Coba kita lihat dari tujuan pendidikan nasional kita. Dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3, menyatakan bahwa:

Tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Lalu jika merujuk kepada tujuan pendidikan Islam tidak terlepas dari tujuan hidup manusia dalam Islam, yaitu untuk menciptakan pribadi-pribadi hamba Allah yang selalu bertakwa kepada-Nya, dan dapat mencapai kehidupan yang berbahagia di dunia dan akhirat (lihat QS. Al-Dzariat:56; QS. Ali Imran: 102). Karena itu tugas utama dari Nabi SAW adalah untuk menyempurnakan akhlak manusia. Hal ini sesuai dengan hadits Nabi SAW yang berbunyi: “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan budi pekerti”.

Nah, dari tujuan pendidikan baik menurut konsep pendidikan nasional maupun ajaran Islam saja cukup jelas bahwa keberhasilan belajar anak kita tidak bisa kita ukur dari hasil raport saja, itu hanya sebagian dari keberhasilan dari sisi kognitif atau kecerdasan intelektual (IQ) masih ada kecerdasan lain yang jauh lebih penting dalam menunjang keberhasilan pendidikan anak kita guna mencapai keberhasilan dalam hidup yaitu kecerdasan emosional dan spiritual. So, buat orang tua yang anaknya juara kelas jangan berlebihan bangganya dan bagi yang anaknya juara kelas dari bawah jangan sedih, kecewa dan marah yang berlebihan, apalagi mengecilkan dan merendahkan anak kita sendiri.

*) Muhammad Arifin

#Learn be smart parent

#M2B : Membaca, Menulis dan Bermanfaat

24 Maret 2017




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline