Lihat ke Halaman Asli

Serupa Cermin

Diperbarui: 4 Mei 2022   11:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber Ilustrasi: PEXELS/icono.com

Beberapa baris percakapan tengah diupayakan, hiasi satu perjumpaan tak terduga, di edisi hari selasa momen kedua menikmati lebaran.

Dua insan tengah berdekatan, setelah sekian waktu berjauhan. Sekian lamanya, tanpa pernah lagi saling mencoba untuk bersua. Tertanamnya kebutuhan untuk saling bertegur sapa, nyaris tidak ada.

Dua insan terdampak kebingungan, mencoba berinisiatif memulai percakapan dari arah yang mana saja, sama sekali belum siap terpetakan. Canggung itu ada, ragu serta malu-malu tersedia.

Dua insan saling bertatapan, unsur kejutan itu memang sungguh mengejutkan bagi keduanya. Adegan alur kehidupan, kembali mempertemukan.

Dua insan mencoba memahami takdir, tanpa harus terbayang getir saat lampau. Percakapan diantara keduanya lalu terjadi, seiring detik yang terus berdetak, tanpa sedikitpun harus merasa terjebak.

"Satu momen suci, yang semestinya bersih hati."

"Hari ini tengah terjadi, kita sudah tidak perlu lagi mencoba berlari, tidak mesti juga menghindari."

"Aku telah memilih, hasilnya risih. Aku sudah memilah-milah, nyatanya resah."

"Kini aku lagi dan lagi menikmati sendiri. Langkah demi langkah itu, hanya sekumpulan narasi tidak untuk terbukti."

"Kini aku menyadari, ego itu tidak semestinya aku nafkahi setulus hati."

"Waktu berlalu, sesal itu berlaku. Harap serupa sembab, dekap hanyalah lembab."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline