Lihat ke Halaman Asli

Aurora Bianca

Mahasiswa

Angka kecil bukan alasan: Kritik atas sikap presiden Prabowo, soal kasus MBG

Diperbarui: 4 Oktober 2025   11:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Dari munculnya berita diatas, menurut opini saya, walaupun dibilang kasus keracunan di program Makan Bergizi Gratis (MBG) cuma 0,00017 persen, itu tetap tidak bisa dianggap sepele. Satu anak sakit saja terkadang sudah cukup bikin orang tua panik, apalagi kalau kasusnya kejadian di beberapa daerah sekaligus. Angka kecil di atas kertas tidak saja bisa menutupi rasa khawatir yang dirasain langsung sama masyarakat.

Kalau bisa pemerintah jangan cuma fokus sama hitungan persentase. Lebih penting buat serius menjaga kualitas makanan yang dibagikan. Kalau tujuan program ini mau bikin anak-anak sehat, ya diharapkan juga memastikan makanan yang dikasih benar-benar aman dan bergizi, dan bukan malah bikin sakit.

Saya pribadi juga kurang setuju dengan cara Presiden Prabowo menanggapi isu ini. Dari pernyataannya, beliau lebih menekankan kalau persentasenya kecil, dan bukannya langsung menunjukkan langkah yang konkret buat menolong korban. Memang benar jumlahnya sedikit dibanding penerima, tapi korban tetap korban dan mereka semua seharusnya butuh perhatian lebih.

Dan juga gaya kepemimpinan yang seperti kita lihat, jadi kelihatan lebih memikirkan citra program daripada rasa aman masyarakat. Pemimpin harusnya berani berdiri di depan, mengakui ada masalah, lalu menunjukkan solusi nyata agar publik percaya lagi. Kalau hanya mengandalkan data statistik, masyarakat bisa merasa pemerintah kurang peduli dengan kondisi di lapangan.

Program sebesar MBG ini tentu membutuhkan sistem pengawasan berlapis. Mulai dari pemilihan bahan makanan, proses distribusi, penyimpanan, sampai penyajian di sekolah. Setiap tahap harus jelas standar keamanannya, dan ada pihak independen yang mengawasi. Kalau hanya mengandalkan laporan internal, dikhawatirkan bisa terjadi bias dan menutupi masalah yang sebenarnya.

Pemerintah juga sebaiknya melibatkan masyarakat, khususnya orang tua murid dan pihak sekolah, dalam pengawasan. Dengan begitu, jika ada kejanggalan dalam makanan yang dibagikan, laporan bisa cepat ditindaklanjuti sebelum menimbulkan korban. Partisipasi publik ini bisa jadi kunci agar program berjalan lebih sehat, transparan, dan akuntabel.

Saya rasa juga penting bagi Presiden maupun pejabat terkait untuk lebih menunjukkan empati dalam komunikasi publik. Masyarakat tidak hanya butuh angka, tapi juga butuh melihat pemimpinnya peduli, hadir, dan memberikan solusi yang menenangkan. Ketika seorang pemimpin menyepelekan masalah dengan dalih angka kecil, itu bisa mengikis rasa percaya masyarakat.

Pada akhirnya, program MBG adalah program yang sangat baik dan patut didukung. Tapi agar benar-benar berhasil, pemerintah harus menyeimbangkan antara target besar dengan perhatian pada detail kecil, karena di situlah kepercayaan publik dibangun. Padahal niatnya sudah bagus, untuk menurunkan angka stunting dan meningkatkan gizi generasi bangsa untuk masa yang akan datang, Kalau kontrol ketat, transparansi, dan empati benar-benar dijalankan, maka program ini bisa menjadi salah satu kebijakan yang membanggakan. Sebaliknya, kalau masih ada kelalaian dan respons lambat, maka program ini bisa berubah dari harapan menjadi sumber kekecewaan baru bagi rakyat.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline