Lihat ke Halaman Asli

Aufaa Akhmad

Freelance

Mengenang Tragedi Kanjuruhan: Tanda Ingatan yang Tak Boleh Pudar

Diperbarui: 11 Agustus 2023   14:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tragedi Kanjuruhan: Panpel Akui Cetak Tiket Lebihi Kapasitas (Foto: AFP via Getty Images/STR)

Di tengah sengatan panas matahari, Mukmin Ahmad berdiri tegak di depan Balai Kota Malang. Dalam tangannya, ia memegang seikat bunga mawar yang melambangkan ingatan yang harus dijaga. 

Dengan suara lantang, seniman dari Malang Performance Art Community berulang kali berteriak, Dan ini tragedi, dan ini tragedi, seperti mengukir kata-kata dalam udara pada Kamis, 10 Agustus 2023.

Aksi teatrikal ini bukanlah sekadar pertunjukan seni semata. Mukmin Ahmad ingin membangunkan kesadaran kita akan tragedi yang tak boleh terlupakan: Tragedi Kanjuruhan. 

Sebagai seorang seniman, dia memilih bahasa seni untuk menghidupkan kembali kenangan yang pahit, kenangan akan 135 jiwa yang terenggut oleh peristiwa itu.

Dalam aksinya, Mukmin Ahmad berbaring di tanah, tubuhnya menyerupai siluet di tempat kejadian perkara. Di sekelilingnya, garis-garis terbentuk dari kapur tulis, menciptakan gambaran yang tak terlupakan. Setiap garis tubuh itu dihiasi dengan angka dan ditandai oleh seikat mawar, simbol kehidupan yang terpotong secara tragis.

Tragedi Kanjuruhan adalah luka yang masih membekas di hati masyarakat. Saat ratusan orang kehilangan nyawa mereka dalam kerumunan di tribun, ada satu seniman yang berdiri untuk menjaga kenangan mereka tetap hidup. 

Mukmin Ahmad ingin mengingatkan kita bahwa di balik hiruk-pikuk kompetisi sepak bola, ada cerita nyata yang lebih berarti dan mendalam.

Kita tidak boleh melupakan bahwa ada keluarga yang masih berduka, keluarga korban yang belum merasakan keadilan. Aksi teatrikal Mukmin Ahmad adalah ekspresi empati dan solidaritasnya terhadap keluarga-keluarga ini. Dalam simbolisasi angka dan mawar, ia merawat ingatan akan peristiwa yang tak seharusnya dilupakan begitu saja.

Pada saat beberapa orang bersiap untuk merayakan hari ulang tahun klub Arema, Mukmin Ahmad memilih untuk tidak ikut serta dalam perayaan tersebut. 

Baginya, masih terlalu dini untuk merayakan ketika keadilan belum tercapai. Hari ulang tahun klub bukanlah sekadar perayaan, melainkan panggilan untuk mengingat dan memperjuangkan keadilan bagi korban Tragedi Kanjuruhan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline