Lihat ke Halaman Asli

Asti Sundari

Berfikir adalah salah satu cara bersyukur telah diberi akal. Sebab keunggulan manusia dari akalnya.

Nggak Kompaknya Pemerintah Menghadapi Pandemi

Diperbarui: 22 September 2021   15:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pro kontra soal pemilihan itu biasa, ada yang mendukung dan ada yang tidak. Tapi seharusnya pemerintah dapat melakukan pemetaan masyarakat bukan hanya saat momentum pemilu saja tapi pasca pemilu pun seharusnya juga melakukan pemetaan masyarakat yang percaya dengan pemerintahan dan tidak percaya. Lalu faktornya apa sehingga mereka bisa percaya dan tidak.

Ketidak percayaan masyarakat terhadap pemerintah pusat dapat dilihat dari tanggapan masyarakat soal covid-19. Selain komunikasi pemerintah dengan masyarakat yang buruk, faktor lainnya adalah soal pro kontra dukungan pasca pemilu, dan isu-isu pemerintah lainnya. Seperti belum move on dari pemilu yang sebenernya udah berlangsung cukup lama sekali.

Seharusnya pemerintah merangkul semua orang yang berpengaruh untuk menginformasikan soal covid-19 ini. Lalu pemerintah juga harus memberikan pemahaman tentang kebijakan yang diambil secara jelas. Pejabatnya pun harus kompak, dan satu intruksi dari pusat hingga desa/ kelurahan harus mematuhi protokol kesehatan dan memberikan informasi covid-19. Jika tidak maka akan ditindak dengan tegas. Tapi yang terjadi sepertinya tidak begitu, masih ada saja misskom setiap level pemerintah baik dari pusat hingga daerah membuat masyarakat bingung apakah covid-19 ini ada atau tidak.

Contohnya saja masih ada saja pejabat yang ngeyel dan tidak memberikan edukasi kepada masyarakat soal covid-19 dan tidak memberi contoh dalam menjaga protokol kesehatan. Gimana masyarakat mau percaya. Belum lagi  soal teori konspirasi dan juga sejumlah media yang memberitakan covid-19 seolah tidak ada, dengan hanya mengutip beberapa narasumber.

Kegentingan covid-19 hanya bisa kita lihat di media-media saja, masyarakat menggunakan masker pun bukan karena mereka percaya bahkan bukan untuk mencegah penularan covid-19 tapi karena mereka takut di tegur oleh aparat sehingga menganggap hanya sebuah formalitas. Sudah satu tahun lebih covid-19 ada di indonesia tapi mempercayai adanya covid-19 seperti sulit. Tidak secepat mempercayai doi yang bilang cinta, sayang dan janji setia padahal diluar sana menggoda perempuan lain wkwkwk . Sepertinya masyarakat sudah lelah di PHP in dan di goshting sama para politikus yang membuat mereka trauma karena patah hati berkali-kali. Jatuh cinta emang ga boleh berlebihan, tapi cukup biasa saja, apalagi jatuh cinta sama politisi yang mungkin ucapan hari ini akan beda dengan besok.

Balik lagi, kekompakan para pejabat memang harus diupayakan, merangkul orang-orang berpengaruh juga penting untuk memperbaiki cara komunimasi pemerintah. Kepercayaan masyarakat indonesia itu beragam, ada yang lebih percaya pada tokoh agama, ada yang percaya pada ilmuan, ada yang percaya sama media, ada yang percaya sama public figure. Nah dengan keberagaman yang ada, pemerintah harusnya dapat mengakomodir semua itu. Komunikasi pemerintah baik secara media online berupa tulisan, gambar, komunikasi lisan seperti pidato harus lebih diperhatikan lagi. Dengan sistem informasi yang cepat, perlu ke hati-hatian dalam menginformasikan, salah sedikit bisa berakibat fatal dan dapat menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah.

Ini juga termasuk untuk pemerintahan yang berada di level bawah seperti kelurahan/desa yang mestinya lebih aware, dan lebih memberi contoh serta memberikan edukasi soal covid-19 kepada masyarakatnya. Bukan soal percaya atau tidak percaya, tapi lebih kepada kepentingan bersama dalam menghadapi pandemi ini. Sudah terlihat nyata dampak dan efeknya, semua orang pasti ingin keluar dari situasi ini, banyak hal yang tertunda. Maka dari itu upaya yang bisa dilakukan adalah mencegah penularan lebih meluas lagi dengan menggunaka masker, handsanitizer dan jangan lupa di vaksin. 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline