Lihat ke Halaman Asli

Hasto Suprayogo

Hasto Suprayogo

Rokok Elektrik Dilarang, Netizen Mendukung

Diperbarui: 17 Juni 2015   07:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Larangan impor & perdagangan rokok elektrik - sumber foto: Tempo.co

[caption id="" align="alignnone" width="600" caption="Larangan Impor & Perdagangan Rokok Elektrik – sumber foto: Tempo.co"][/caption] Pemerintah, melalui Kementerian Perdagangan akan segera menerapkan aturan pelarangan impor dan perdagangan rokok elektrik. Aturan ini didasarkan rekomendasi Kementerian Kesehatan dan Badan POM mengenai bahaya kesehatan yang ada di rokok elektrik. Di mana berdasarkan hasil penelitian Badan POM, terdapat kandungan nikotin dalam rokok elektrik yang bisa menyebabkan masalah kesehatan dan kecanduan pemakainya. Sebagian besar rokok elektrik yang beredar di Indonesia diimpor dari China. Pelarangan impor dan perdagangan rokok elektrik ini nantinya akan masuk dalam Peraturan Presiden (Perpres), namun sembari menunggu disusun, Kementerian Perdagangan mengeluarkan terlebih dulu Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag). Rencananya, Permendag ini akan mulai berlaku awal semester kedua 2015, atau sekitar bulan Juli 2015. Bagaimana publik, khususnya netizen Indonesia menanggapi rencana pelarangan impor dan perdagangan rokok elektrik? Redaksi Eveline merangkumnya untuk Anda. Pemantauan dilakukan terhadap pembicaraan di media sosial Indonesia, khususnya Twitter, selama periode 13 -20 April 2015. Di mana terdapat total 4.155 tweet bicara tentang Rokok Elektrik. Dari jumlah tersebut, 566 tweet menyatakan dukungan atas rencana pemerintah melarang impor rokok elektrik, sebagaimana yang digagas Menteri Perdagangan Rachmat Gobel. Salah satu yang menjadi pertimbangan netizen yang mendukung larangan impor dan perdagangan rokok elektrik adalah bahaya kesehatan yang dikandungnya. Terdapat 495 tweet dari netizen yang menyatakan rokok elektrik tidak aman untuk digunakan. Selain itu, netizen juga menyoroti alasan mereka yang menggunakan rokok elektrik sebagai upaya transisi untuk berhenti merokok. Netizen mencuitkan 256 tweet yang menyatakan rokok elektrik bukanlah solusi untuk berhenti merokok. Yang tak kalah mearik adalah, adanya concern publik, khususnya netizen, tentang perokok usia dini, terutama di kalangan remaja. Sebagaimana kita pahami, pasar rokok Indonesia yang paling berkembangan adalah di usia remaja, utamanya anak sekolah. Hal ini menjadi keprihatinan netizen yang menyuarakan 8830 tweet bicara tentang semakin banyaknya remaja yang merokok dan mencoba rokok elektrik. Bagaimana tanggapan Anda tentang pelarangan impor dan perdagangan rokok elektrik ini? *** sumber: http://eveline.co.id/ekonomi/rokok-elektrik-dilarang-netizen-mendukung/




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline