Belajar dari Rumput Laut Sulawesi Selatan
Suatu pagi, telepon saya berdering. Di ujung sana terdengar suara hangat seorang produsen rumput laut Sulawesi Selatan, Bu Ratna.
Dengan penuh semangat beliau berkata, "Pak Asrul, mari kita bersama-sama menerima kunjungan tim dari Belanda yang ingin melihat langsung potensi rumput laut kita."
Saya tersenyum. Ajakan itu bukan hal kecil, sebab saya tahu setiap pertemuan lintas bangsa selalu menyimpan peluang besar untuk membangun kolaborasi dan memperkenalkan Sulawesi Selatan ke mata dunia.
Hari yang dinanti pun tiba. Saya dan Ratnasari menerima kunjungan Ties dari Belanda, yang datang mengikuti Seaweed Tour bersama tim Jasuda.net dipimpin oleh Bapak Boedi Sarjana, didampingi Irsyadi Sirajuddin dari Takalar, Dian Maya Sari dari Riau, serta dari Timor Leste.
Rombongan tour, kami sambut di rumah Bu Ratna. Dengan penuh kebanggaan, beliau memperkenalkan berbagai jenis rumput laut yang telah lama menjadi denyut nadi kehidupan masyarakat pesisir. Di ruang khususnya, ada cottoni, gracilaria, hingga beberapa jenis lain yang menjadi bahan baku industri pangan, kosmetika, dan kesehatan.
Selain itu, Bu Ratna juga memperlihatkan lima jenis rumput laut kering yang menjadi andalan Sulsel. Cottoni kering yang menjadi bahan utama karaginan, gracilaria kering untuk agar-agar, eucheuma spinosum kering yang kaya serat untuk farmasi, sargassum kering yang dimanfaatkan untuk pupuk dan pakan, serta ulva atau rumput laut hijau kering yang potensial untuk kesehatan dan kosmetik alami.
Namun yang paling menarik adalah anggur laut, dikenal juga sebagai green caviar. Bentuknya bulat kecil menyerupai butiran anggur, segar, renyah, dan penuh nutrisi. Anggur laut ini sering dijuluki sebagai emas hijau karena potensinya luar biasa, mulai dari superfood kelas dunia, bahan kosmetik alami, hingga komoditas ekspor bernilai tinggi.
Di Ratnasari Home Made Seaweed Production House, Ties dan rombongan menyaksikan langsung bagaimana masyarakat Sulawesi Selatan terutama seorang perempuan mampu mengolah hasil laut menjadi produk kosmetika, suplemen kesehatan, bahkan peluang bisnis.
Telepon sederhana dari Bu Ratna di suatu pagi ternyata menjadi pintu pembuka untuk menyadarkan kita semua, bahwa Sulawesi Selatan memiliki harta karun laut yang jika dikelola dengan inovasi dan kolaborasi, akan menjadi kebanggaan Indonesia di mata dunia.