Lihat ke Halaman Asli

Aryadi Noersaid

TERVERIFIKASI

entrepreneur and writer

Catatan Tepi: Wedus Gembel, Vivere Pericoloso

Diperbarui: 16 Maret 2023   08:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi pribadi

Sabtu tengah hari, sebagai mantan anak-anak pendaki gunung yang tengah bernostalgia, kami memilih untuk berchit-chat dilereng gunung merapi.

11 Maret 2023 pukul 12.00 tepat kami bergerak ke cangkringan usai menghirup aneka minuman panas di satu tempat di Kaliurang. Empat mobil meluncur melalui jembatan kalikuning dan menembus gerbang menuju kaliadem.

Sebagai pembuka jalan saya berada dalam mobil pertama yang berjarak cukup jauh dari mobil lainnya. Kami tak tertarik untuk menggunakan jip wisata dan bernat langsung menembus bunker kaliadem dengan kendaraan sendiri. Ditepi jalan ada satu orang yang terlihat melambaikan tangan yang kami kira pengemudi jip yang hendak menawarkan jasanya. Kami abai dan terus melaju.

Begitu menuju jalan menanjak, pukul 12.20 kami melihat kepulan awan yang kelabu dan dentuman dari puncak merapi persis jelas dihadapan kaca mobil kami.  Salah seorang kawan yang telah lama tinggal di Jogja menganggap hal itu adalah fenomena merapi yang sangat bagus dipandang dan akan menjadi gambar yang bagus untuk dijadikan foto kenangan.

Kami menembus wilayah cangkringan dan terus menuju bunker kaliadem, sementara jip yang biasanya  ramai  berseliweran tengah istirahat melewati sesi makan siang sehingga tak ada satupun disana. 

Hanya beberapa ratus meter menjelang bunker, jalan ditutup oleh sebatang kayu sisa evakuasi para petugas. Kami belum menyadari  bahwa merapi tengah erupsi dan wedus gembel sedang berulah.

Sejenak kami berhenti dan memutar balik kendaraan kearah bawah untuk parkir. Saat itu kami masih berpikir untuk lanjut jalan kaki menuju bunker namun urung.

Kemudian kami memutuskan untuk belok ke dusun Kinahrejo dimana juru kunci mbah marijan tinggal dan pernah tersapu oleh awan panas tiga belas tahun sebelumnya. Disana sedikit sekali orang yang tersisa. Hanya beberapa penjaga warung yang tersisa dan dua orang petugas sipil membawa Handie Talkie.

"Mas...tolong sebentar saja ya!" pinta salah seorang petugas didesa itu. Ia tak melarang karena mungkin karena kami lelaki berempat.

"Ada apa?"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline