Lihat ke Halaman Asli

Abahna Gibran

Penulis dan Pembaca

Ketika Honor Tulisan Saya Persembahkan untuk Hari Ibu

Diperbarui: 22 Desember 2017   18:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi (Kompasiana.com)

Setiap tanggal 22 Desember di negeri ini selalu dirayakan dan diperingati sebagai Hari Ibu. Hal itu berdasar keputusan Presiden RI pertama, Soekarno. Tanggal tersebut dipilih untuk merayakan semangat wanita Indonesia dan untuk meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara. Selain itu juga untuk sesaat mengenang arti dan peran seorang Ibu dalam keluarga, tentu saja, bagi suami dan anak-anaknya.

Akan tetapi sejak 32 tahun lalu, pada setiap tanggal 22 Desember, bagi saya, dan kemudian bagi lima orang anak kami,  merupakan hari paling istimewa juga. Karena pada tanggal itu bertepatan dengan hari kelahiran istri saya, dan juga ibu mereka. Meskipun memang tidak pernah diperingati secara besar-besaran, namun selain memberi ucapan selamat, juga kami semua berusaha untuk memberi perhatian khusus di hari itu kepada orang yang sangat berarti, dan begitu besar perannya dalam kehidupan kami.

Bahkan beberapa hari sebelum tiba pada hari ulang tahunnya di tahun ini, kebetulan saya mendapat surat elektronik dari sebuah media yang memuat artikel hasil karya saya. Isinya meminta saya untuk mengirim nomor rekening bank. Tiba-tiba saya pun punya pikiran lain usai membaca surat elektronik itu. Saya akan mengirim nomor rekening bank milik istri saya.

Paling tidak niatnya sebagai sebuah surprise, dan walau mungkin nilainya tidak seberapa, tapi mungkin saja akan memiliki arti tersendiri bagi istri saya. Karena selama ini, setiap menerima honor dari tulisan yang ditayangkan di media, selalu masuk ke rekening pribadi. Selain untuk keperluan membeli buku, majalah, atau koran, juga saya gunakan untuk membeli pulsa kuota internet  yang tidak boleh tidak harus tetap bisa berselancar demi menambah wawasan. Baru kalau ada lebihnya, saya serahkan kepada istri saya.

Sehari sebelum tiba pada waktunya, kebetulan ibunya anak-anak meminta saya untuk mengantarkannya ke pasar. Biasa untuk berbelanja bulanan. Dan saat memasuki pasar, saya memarkir sepeda motor dekat anjungan ATM bersama. Sementara istri saya masuk ke pasar, saya menunggunya di sana sambil melihat-lihat koran di lapak yang juga berada di dekat saya memarkir sepeda motor.

Tatkala istri saya sudah selesai berbelanja, saya meminta waktu untuk mengecek saldo rekening. Rupanya istri saya juga penasaran, dan ikut masuk ke dalam anjungan ATM. Memang saldo rekening milik saya tak ada perubahan. Lalu saya pun meminta istri saya mengecek saldo miliknya.

"Untuk apa? Sepertinya sama juga. Selama ini rasanya tak ada kiriman dari mana pun juga," cetusnya.

"Tapi siapa tahu, Ma. Coba saja dulu." Istri saya pun sepertinya mengalah juga. Kemudian merogoh kartu ATM dari dompetnya, dan menyerahkannya kepada saya.

"Wah, ternyata saldonya banyak juga," kata saya sambil melihat layar monitor. Istri saya pun ikut juga memeriksanya. Ketika saya menoleh ke arahnya, tampak dahinya berkerut.

"Siapa ya yang sudah mengirim uang ke rekening saya?"

"Memangnya kenapa?"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline