Lihat ke Halaman Asli

Arnold Mamesah

TERVERIFIKASI

Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomics - Intelconomix

Fenomena Dolar Kuat dan Tekanan Utang Jangka Pendek

Diperbarui: 4 September 2018   23:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Strong USD - sumber : https://money.cnn.com/2015/01/06/investing/strong-us-dollar-losers/index.html

Berbagai kajian dan komentar muncul menanggapi depresiasi nilai tukar Rupiah (IDR) terhadap Dolar Amerika (USD).

Salah satu yang hangat adalah ulangan Krismon 1998 yang merupakan efek tularan krisis mata uang Baht (THB) yang dikenal sebagai  Tom Yum Goong Crisis.

Kejadian anjloknya nilai tukar mata uang Turki Lira (TRY) terhadap Dolar Amerika (USD) dan berlanjut pada mata uang Argentina Peso (ARS) seakan memperkuat prediksi krisis nilai tukar (kurs) akan menghampiri perekonomian Indonesia; yang mengalami defisit transaksi berjalan (Current Account) akibat defisit pada neraca perdagangan. Sementara secara global USD mengalami penguatan atau dikenal sebagai fenomena "Strong Dollar".

Tekanan pada nilai tukar mata uang Rupiah (IDR) terhadap USD yang muncul sejak pekan terakhir Juni 2018 tidak lepas dari peningkatan kebutuhan USD untuk pemenuhan kewajiban pembayaran utang khususnya sektor swasta.

Utang tersebut merupakan bagian dari arus dana murah yang mengalir ke "Emerging Countries" termasuk Indonesia; sebagai implikasi kebijakan moneter "Quantitative Easing" dari The Fed US demi pemulihan perekonomian US pasca Great Recession 2008. 

Gambaran pada Peraga-1 di bawah ini menunjukkan posisi dan pertumbuhan utang khususnya masa 2011 - 2014.

Pertumbuhan Utang Pasca Great Recession 2008 - oleh Arnold M

Sumber informasi : Bank Indonesia - SULNI. Catatan : GoI : Government of Indonesia atau Pemerintah

Pertumbuhan utang swasta pada masa 2011 - 2014, melalui berbagai bentuk instrumen, sangat pesat dan umumnya berjangka waktu pendek atau kurang dari 5 (lima) tahun (Short Medium Term).

Usai "Commodity Boom" yang berlanjut dengan penurunan harga komoditas, peminjam berusaha untuk memenuhi kewajiban atau melunaskan pinjaman.

Sebagai gambaran, Peraga-2 memberikan angka besaran kewajiban utang yang jatuh tempo dalam satu tahun (posisi akhir Semester-I 2018).

Posisi Utang Eksternal Juni 2018 - oleh Arnold M

Sumber informasi : Bank Indonesia - SULNI

Secara rerata, setiap triwulan beban kewajiban pihak swasta non finansial besarnya USD 5.3 Miliar (lihat butir 2.3), swasta finansial, mencakup bank dan non bank, pada besaran USD 5.6 Miliar (butir 2.1.3); sementara kewajiban pemerintah per triwulan pada kisaran USD 2.3 Miliar.

Terbatasnya pasokan USD dari perdagangan global serta aliran dana lain seperti investasi portofolio atau pinjaman, sementara permintaan yang besar untuk pemenuhan kewajiban utang eksternal akan berimplikasi kenaikan nilai tukar IDR terhadap USD

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline