Lihat ke Halaman Asli

Arkian Widi

hello world

SAKAT ke-13: Lumbung Jumpa Indonesia dan Asia

Diperbarui: 20 September 2017   10:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sastra Indonesia adalah sastra-sastra lokal yang berjumpa di rumah Bahasa Indonesia. Penulis dan guru besar Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta Suminto A. Sayuti mengungkapkan dalam  Seminar Antarbangsa Kesusastraan Asia Tenggara (SAKAT) ke-13: "Teori dan Kritik Sastra Loka (Sastera Tempatan)", Jakarta, (11/9/17). "Sastra Indonesia, walau masih sangat hipotetis, sebenarnya sastra lokal. Hampir semua pengarang berangkat dari lokalitas masing-masing. Dia dirumahkan dalambahasa Indonesiajadi sastra Indonesia," jelasnya.

Dari Indonesia ke Trans Nasional

Suminto membawa makalah bertajuk "Lokalitas (dalam) Sastra Indonesia: Beberapa Kemungkinan". Disampaikan, Bahasa Indonesia memiliki dua fungsi. Pertama, menjaga kita dari telikung sosial budaya. Kedua, sebagai rumah bersama, lumbung perjumpaan  tiap lokalitas. 

 "Bahasa Indonesia membebaskan kreator Indonesia modern dari telikung sosial budaya. Di sisi lain, dalam bahasa Agus Sarjono, sebagai lumbung perjumpaan, antara lokalitas satu dengan yang lain di seantero Nusantara," tuturnya.  

Perjumpaan yang saling beririsan itu kemudian mewujud menuju Indonesia masa depan.

"Ketika terjadi irisan-irisan, itulah Indonesia masa depan. Indonesia yang kita perjuangkan," imbuhnya.

Perjumpaan ini menjadi menarik, lanjut Suminto, ketika nasionalisme Indonesia melintas ke Asia Tenggara dan saling beririsan juga.

"Ini akan jadi menarik ketika nasionalisme Indonesia beririsan dengan nasionalisme Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam, dan seterusnya. Lalu membentuk regionalisme Asean, Asia, dan akhirnya trans nasional," bebernya.

Dari regionalisme meluas jadi trans nasional. Sinergi para kreator dalam panggung sastra pun kian strategis. 

"Jika cara demikian dilakukan, sesungguhnya tidak ada alasan untuk tidak hidup damai. Karena yang diperjuangkan pada dasarnya kemanusiaan. Masalahnya susastra selalu nomor ke sekian. Padahal dia amat strategis kalau diletakkan dalam perspektif strategi kebudayan," pungkasnya.  

Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa menggelar SAKAT ke-13 sebagai kelanjutan Musyawarah Majelis Sastra Asia Tenggara (Mastera) di Kuala lumpur, Malaysia, pada April 2012. Seminar dua hari ini didahului Musyawah Sekretariat Mastera (Maret 2017) dan program penulisan puisi Mastera (Agustus 2017). 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline