Lihat ke Halaman Asli

Ada Bau Busuk dibalik Konferensi Asia Afrika 2015

Diperbarui: 17 Juni 2015   07:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Usung Palestina Merdeka sebagai Cermin Pelanggaran HAM Papua, suatu kebusukan di Konferensi Asia Afrika tahun 2015. Perhelatan Konferensi Asia Afrika sudah berjalan. Tersebar apa saja agenda yang dibicarakan. Selain hubungan ekonomi, kemerdekaan palestina diupayakan sedemikian agar menjadi kesepakatan bersama. Puluhan delegasi Negara-negara di asia dan afrika disodori maksud dari pertemuan tersebut. Pemerintah menceritakan kepada publik apa yang harus dilakukan. Mulai dari keamanan diperketat, publikasi media begitu teratur hingga kemasan isu.

Paket “dukungan bagi palestina merdeka” seakan menyampaikan pesan bahwa Indonesia adalah negara yang menjunjung tinggi praktik penegakan hak asasi manusia. Dukungan Indonesia yang diharapkan dapat tercetus secara bersama melalui kedatangan negara luar itu bagaikan bau sampah yang terus ditutupi.

Pemerintah berupaya menutupi kasus Paniai berdarah desember tahun 2014 dengan mengusung kemerdekaan negara daratan Saudi sana. Pengakuan kepada palestina bukan hal terlarang, tapi harus dilakukan sebagai negara yang berasaskan kemanusiaan. Namun, bagaimana watak negara ini dalam menyembunyikan busuknya prilaku pelanggaran hak asasi manusia dalam negaranya sendiri dan berupaya tampail sebagai negara penganut perdamaian dunia.

Setiap delegasi yang datang disuguhkan dengan pembicaraan bilateral, soal ekonomi mereka berbagi cara kerjasama regional dan internasional. Sementara soal politik, pemerintah membangun trand opini hanya seputar isu luar. Sembari delegasi pun tau apa yang terjadi di Indonesia, terutama masalah Papua dan pelanggaran HAM lainnya.

Jalur protokoler baik di gedung maupun jalan-jalan sudah ditetapkan. Polisi lalu lintas sudah sterilkan area kedatangan rombongan, begitu juga sterilisasi isu atau agenda. Bagi pemerintah, ini perhelatan dunia jadi soal domestik bukan tempatnya. Apalagi bicara pengakuan HAK disaat pemerintah mengabaikan hak-hak warga negara sendiri.

Nuansa KAA pun beda. Berdirinya proses di Bandung kala itu demi membangun semangat yang sama demi menggapai kemerdekaan. Kini, filsosofi tersebut dibungkus dalam berbagai aspek. Ada peningkatan kerjasama ekonomi dan politik, ada pula nilai HAM yang digapai yaitu menyelamatkan negara palestina dari upaya pengakuan PBB.

Amerika yang kini membangun cara berpikir orang Indonesia adalah sosok yang belum ada kepastian dukung pengakuan palestina di PBB. Walaupun rezim Jokowi kerap mengatakan masalah Indonesia adalah masalah dalam negeri, tetapi ketergantungan harga minyak yang dipatok sesuai standar The Federal Bank, menuai beragam tudingan sebagai rezim neolib Amerika.

Pemerintah Indonesia memanfaatkan ajang KAA sebagai panggung dunia untuk memastikan hak kemerdekaan rakyat palestina di forum PBB dapat digenapi. Tetapi dunia lain sedang menagih komitmen pemerintah Jokowi yang bertekad selesaikan masalah hak asasi manusia di Indonesia sesuai janji kampanye dia.

Harum nama Indonesia dimata dunia lantaran gagasan soal pengakuan kemerdekaan negara Palestina pada KAA ini. Tetapi dibalik cermin HAM itu, dekat Indonesia, ufuk Timur, penembakan terhadap 4 siswa di Paniai sulit ditutup baunya dengan cara dan kamuflase apapun. Ada bau busuk dibalik KAA.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline