Lihat ke Halaman Asli

Aris Heru Utomo

TERVERIFIKASI

Penulis, Pemerhati hubungan internasional, sosial budaya, kuliner, travel, film dan olahraga

Paus Fransiskus Bukan Diplomat Biasa Bagi Palestina

Diperbarui: 25 April 2025   07:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Paus Fransiskus dan kafiyeh Palestina pada Desember 2024, sumber gambar: REUTERS

Lonceng berbunyi di Lapangan Santo Petrus, Vatikan, mengumumkan wafatnya Pemimpin Gereja Katolik Dunia sekaligus Kepala Negara Vatikan, Paus Fransiskus pada Senin (21/04/2025). Paus Fransiskus wafat dalam usia 88 tahun (1936-2025) setelah berjuang melawan berbagai komplikasi kesehatan yang kian memburuk dalam beberapa bulan terakhir. Sebelumnya ia sempat dirawat di Rumah Sakit Agostino Gemelli akibat penyakit pneumonia ganda yang dideritanya. Ia di rumah sakit selama lima pekan sejak 14 Februari 2025 dan dipulangkan pada 23 Maret 2025.

Berita kepergian Paus Fransiskus bukan hanya membuat kerumunan ratusan ribu orang di Lapangan Santo Petrus terdiam dan dipenuhi dengan kesedihan yang tak terperi, tetapi juga meninggalkan kehilangan yang sangat mendalam bagi masyarakat dunia yang mengenalnya sebagai simbol harapan, keadilan, dan perdamaian. Kepemimpinannya yang inklusif, keberpihakannya pada kaum terpinggirkan, dan seruan lantangnya terhadap krisis iklim serta ketimpangan sosial menjadikannya tokoh yang melampaui batas-batas agama.

Suaranya pun paling konsisten dan lantang dalam mendukung kemerdekaan Palestina. Dari awal masa kepausannya, Paus Fransiskus menunjukkan kepeduliannya yang mendalam terhadap isu-isu kemanusiaan, dan Palestina termasuk di antaranya. Ia tidak hanya berbicara tentang perdamaian secara umum, tetapi secara tegas mewujudkan solusi dua negara yang dijalankan sebagai jalan damai antara Palestina dan Israel.

Dalam salah satu pernyataan resminya, Paus Fransiskus menyatakan: "Semoga dua negara dapat hidup berdampingan dalam damai dan keamanan, dalam batas-batas yang diakui secara internasional." (Pidato Natal Urbi et Orbi, 2023)

Kalimat itu mungkin terdengar diplomatis. Tapi dalam dunia politik internasional, kalimat seperti itu adalah sikap tegas, terutama saat banyak negara besar justru menghindari membahas 'dua negara'.

Paus Fransiskus menunjukkan keberpihakannya kepada kemerdekaan Palestina sejak awal masa kepausannya. Tidak lama setelah diangkat sebagai Pemimpin Tertinggi umat Katholik Dunia pada Maret 2013, Paus Fransiskus melakukan kunjungan pertamanya sebagai Paus ke Tanah Suci pada bulan Mei 2014. Ia mengunjungi Yerusalem dan Bethlehem di Tepi Barat.

Dalam kunjungan ini Paus Fransiskus melakukan tindakan yang tak akan terlupakan: Ia berhenti di tembok pemisah di Betlehem dan bersandar berdoa di depan grafiti bertuliskan "Bebaskan Palestina". Sebuah isyarat yang sederhana, namun berbicara jauh lebih keras daripada banyak pernyataan politik. Ia memberikan dukungan kuat kepada Palestina untuk merdeka dan mengatakan bahwa sekarang adalah saatnya mewujudkan perdamaian di tanah tersebut.

Dukungan tersebut ditindaklanjuti dengan memberikan pengakuan kepada Negara Palestina dan menjalin hubungan resmi antara Vatikan dan Negara Palestina pada tahun 2015. Sebuah pengakuan yang kemudian ditindaklanjuti dengan penandatanganan perjanjian komprehensif yang mengatur kehidupan dan aktivitas Gereja Katolik di Palestina, dan perjanjian ini mulai berlaku pada awal tahun 2016.

Menyikapi dukungan Paus Fransiskus kepada kemerdekaan Palestina, banyak orang yang kemudian bertanya-tanya. Jawabannya mungkin bisa dirangkum dalam satu kata: kemanusiaan. Paus bukan diplomat biasa. Ia tidak sekedar berbicara tentang strategi politik, tapi tentang keadilan, martabat manusia, dan harapan akan dunia yang lebih damai. Baginya, solusi dua negara merupakan jalan yang terbaik bagi hadirnya kedamaian di bumi Palestina.

"Saya berharap solusi dua negara bisa menjadi kenyataan, agar rakyat Palestina dan Israel dapat hidup dalam damai," begitu dikatakan Paus Fransiskus

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline