Lihat ke Halaman Asli

Arif Khunaifi

TERVERIFIKASI

santri abadi

Kisah Vario di Gunung Bromo sampai Kampung Vario Suroboyo

Diperbarui: 4 Mei 2016   19:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menikmati Keindahan Matahari Terbit Di Gunung Bromo dengan Vario eSP. dok:pribadi

Suatu hari, saya dipanggil Kiai ke nDalem beliau untuk mencari berita dan sekaligus menyampaikan bantuan kepada satu keluarga yang semua anaknya terlantar karena bapaknya lumpuh total akibat menjadi korban tabrak lari sebuah truk. Tidak terbayangkan sebelumnya, ternyata saat itu perintah beliau saya harus menuju ke Jember.

Ketika melihat alamat yang diberikan Kiai adalah sebuah desa yang jauh dari kota, maka saya mengambil keputusan untuk menggunakan motor menuju alamat tersebut.  Hal ini saya putuskan agar saat sampai di sana nantinya tidak bingung cari angkutan lagi menuju alamat.

Iya kalau ada angkutan. Lah kalau tidak ada, bisa nangis sendirian di tengah hutan Jember. Hehe. Memang ada teman saya yang di Kota Jember, tapi dia tidak bisa menjamin untuk bertemu di desa itu yang memang jauh dari kota.

Memilih Vario

Ada dua motor Honda di rumah yang siap ditunggangi, yang pertama Honda Kirana dan dan yang kedua Honda Vario eSP yang baru sekitar satu tahun saya beli. Tentu saja saya memilh Honda Vario untuk menemani perjalanan ini sekaligus menguji ketangguhan motor ini serta keiritan bahan bakarnya.

Saya punya dua motor bukan tanpa alasan. Motor Honda Kirana memang saya bebaskan untuk siapa saja termasuk tetangga maupun para santri untuk memakainya. Bebas 24 jam. Motor ini tidak pernah saya masukkan ke rumah walaupun malam hari.

Bahkan kalau saja dengan kompetisi menulis ini dapat hadiah motor (Cie-cie.., ngimpi nih ye...). Maka motor itu akan langsung saya jual dan sumbangkan untuk sebuah pesantren rumah yatim yang akan dibangun di sebuah desa di Balong Bendo Sidoarjo. Begitu pula kalau dapat hadiah yang lain, dijamin tidak ada yang masuk ke saku saya. Heha.

Kenangan yang Sulit untuk Dilupakan

Pukul 04.30 usai shalat subuh saya berangkat dengan membonceng istri saya yang juga bertugas untuk mengabadikan pemberian bantuan sebagai bukti pertanggungjawaban kepada Kiai. Saat itu jalanan Surabaya – Pasuruan – Probolinggo – Lumajang – Jember lumayan sepi sehingga pada pukul 06.30 saya sudah sampai di Jember untuk mengisi bahan bakar.

Betapa kagetnya teman saya ketika tahu saya sudah di Jember sepagi itu. Praktis perjalanan yang saya lakukan Surabaya – Jember hanya memakan waktu dua jam saja dengan jarak 199 Km. Padahal umumnya bisa empat jam setengah dengan kendaraan pribadi bahkan sampai tujuh jam dengan kendaraan umum. Hal ini tentu saja tidak lepas dari performa Vario eSP yang membuat tarikan motor enteng dan berat bodi Vario yang mendukung untuk perjalanan jauh.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline