Lihat ke Halaman Asli

Mbah Ukik

TERVERIFIKASI

Jajah desa milang kori.

Trik Potrait dan "Human Interest Photography" Menggunakan Kamera Saku dan Gawai

Diperbarui: 3 Oktober 2019   19:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kamera saku. Dokpri

Ingin hidup gembira dan awet muda salah satunya adalah menyalurkan hobi atau kesukaan akan bidang tertentu asal jangan lupa waktu dan keluarga. Semisal jalan-jalan, makan, melukis, menulis, dan fotografi serta masih banyak lagi. 

Nah, penulis yang memasuki usia senja namun gak mau disebut lansia bahkan ada yang bilang, penulis termasuk anggota GMT alias Gerakan Menolak Tua. Ya terserahlah... yang jelas, tua tak bisa dihindari tapi jangan sampai faktor U menjadi penghalang untuk tetap bersemangat untuk menjalani kehidupan dan menyalurkan hobi.

Nah, salah satu hobi penulis adalah jeprat-jepret kamera dengan sasaran utama wajah-wajah manusia yang menggambarkan kehidupan yang sedang dijalaninya.

Bahasa kerennya portrait dan human interest photography. Dulu sih sempat masuk ke makro dan landscape, berhubung kamera sudah jadul dan mau beli kok mahal banget, sekarang lebih banyak menggunakan kamera saku dan gawai. 

Kamera saku. Dokpri

Kamera saku. Dokpri

Hasilnya ternyata lumayan bagus untuk menampilkan ilustrasi tulisan maupun dokumentasi. Penulis katakan lumayan bagus karena memang tak bisa disejajarkan dengan DSLR yang bisa diatur pencahayaan dan kecepatannya sehingga menghasilkan gambar yang artistik. 

Apalagi didukung dengan lensa panjang yang mumpuni sehingga bisa untuk mengambil dari jarak jauh dengan posisi candid yang tak terdeteksi oleh subyek terutama insan yang akan dijepret.

Kamera saku. Dokpri

Kamera saku. Dokpri

Menggunakan kamera saku masih bisa ambil candid dengan jarak yang tak terlalu jauh namun juga tak terlalu dekat. Tetapi timing juga harus tepat supaya hasilnya tak terlalu kaku atau monoton. Hanya pencahayaan dan bukaan kamera selama ini penulis masih menggunakan otomatis daripada manual. 

Pencahayaan masih tergantung pada posisi pengambilan alias sudut yang tepat sebagai senjata utama. Sehingga pengaburan gambar latar atau belakang obyek masih sulit dilakukan selain dengan bantuan aplikasi. Tetapi tentu saja mengurangi nilai kepuasan diri sekali pun bisa menambah nilai artistik hasil jepretan. 

Selama ini, penulis hanya menggunakan aplikasi untuk pemotongan (cropping) dan mengubah dari foto warna menjadi hitam putih untuk menambah kesan hidup dan artistik. Jika untuk ilustrasi dan gambar pendukung akan menggunakan watermark dan pengubahan ukuran sesuai dengan ketentuan.

Menggunakan gawai lebih sulit lagi, mungkin karena gawai yang penulis gunakan hanya gawai kelas ekonomi yang harganya tak lebih dari dua setengah juta. Namun harga gawai bukanlah ukuran untuk menghasilkan sebuah karya foto yang artistik terutama memberi kepuasan diri. 

The man behind the gun. Ini yang selalu penulis gunakan untuk menjepret subyek yang menarik. Kenalilah senjatamu sebelum membidik. Itu penulis tekankan pada pasangan hidup dan ketiga yunior kami sebelum mencari sasaran dengan DSLR dan kamera saku maupun gawai. 

Gawai. Dokpri

Gawai. Dokpri

Baca petunjuk pemakaian dan pahamilah  pengaturannya, sebab setiap kamera saku punya keunikan sendiri sekali pun pada umumnya hampir sama. Apalagi gawai tentu berbeda satu sama lain sekali pun satu merek. 
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline