Oleh: Ardhana Evano Dhiyaul Haq dan Baginda Nurul Rizan
Air merupakan elemen yang vital bagi kehidupan manusia. Tidak hanya untuk dikonsumsi, air juga banyak digunakan dalam aktivitas manusia, seperti mencuci, mandi, irigasi sawah, media peternakan ikan, dll. Adanya peningkatan populasi penduduk bersamaan dengan laju pertumbuhan ekonomi, industri, dan pemukiman, akan meningkatkan kebutuhan air secara drastis. Pada wilayah ibukota DKI Jakarta, air tanah telah menjadi tumpuan bagi sebagian besar masyarakat untuk memenuhi kebutuhan air bersih. Hal ini mengakibatkan pengambilan atau eksploitasi air tanah berlebihan yang berakibat pada berbagai permasalahan lingkungan, salah satunya adalah intrusi air laut.
Intrusi air laut merupakan pergerakan air asin ke akuifer air tawar yang dapat mengkontaminasi sumber air minum (Wijaya, Kuntoro, & Gondodinoto, 2019). Eksploitasi air tanah secara berlebihan merupakan faktor yang mendorong terjadinya intrusi air laut. Fenomena ini terjadi ketika tekanan air tawar berkurang dan tekanan air laut meningkat, yang kemudian menyebabkan air laut untuk bercampur dengan air tawar. Intrusi air laut pun berdampak pada kualitas air yang digunakan oleh masyarakat. Hal inilah yang mengakibatkan air bersih terasa payau atau asin.
Intrusi air laut menjadi salah satu isu bagi banyak kota-kota di sepanjang pantai utara Jawa. Kota Jakarta, Pekalongan, dan Semarang menjadi kota yang memiliki ancaman terhadap intrusi air laut. Intrusi air laut dapat terjadi akibat penurunan muka tanah akibat pengambilan air tanah secara terus menerus. Akibatnya, air laut dapat masuk atau mengintrusi lapisan akuifer atau air tanah yang berada di dekat dengan laut.
Intrusi air laut dapat mengakibatkan air tanah menjadi payau bahkan asin. Penggunaan air laut dalam aktivitas sehari hari secara intens dapat berakibat rusaknya peralatan di daratan akibat adanya korosi dan tidak baik untuk kesehatan manusia. Intrusi yang terjadi di Kota Jakarta umumnya terjadi di bagian utara Kota Jakarta. Bagian ini merupakan bagian kota yang paling dekat dengan laut. Kota Jakarta bagian utara merupakan salah satu daerah padat penduduk. Daerah ini juga menjadi salah satu pusat perekonomian di Kota Jakarta sejak zaman kolonial.
Dalam menelusuri intrusi air laut yang ada di Kota Jakarta, tim peneliti mengunjungi kawasan Kota Tua di Jakarta Utara. Kawasan ini telah berkembang menjadi salah satu daya tarik wisata utama Kota Jakarta serta menjadi salah satu titik pusat perekonomian di Kota Jakarta sehingga kualitas air berperan penting dalam aktivitas masyarakat sehari-hari.
Penelitian intrusi air laut difokuskan pada Stasiun Jakarta Kota. Stasiun ini melayani puluhan ribu penumpang yang bermobilitas di wilayah Jakarta dan sekitarnya sehingga penggunaan air akan intens setiap harinya. Setelah mengamati dua tempat penggunaan air bagi masyarakat yaitu di toilet di utara stasiun dan selatan stasiun, tim peneliti menemukan adanya perbedaan kualitas air yang terdapat di Stasiun Jakarta Kota. Pada bagian selatan stasiun atau peron 11, air yang digunakan bersifat tawar dan segar untuk digunakan. Hal ini jauh berbeda dengan kondisi air yang ada di utara stasiun atau peron 1, air yang ditemukan bersifat asin.
Setelah menemukan perbedaan kualitas air pada dua titik tersebut, tim peneliti menanyakan perihal kualitas air ini kepada petugas di Stasiun Jakarta Kota. Menurut petugas, air yang ada di Stasiun Jakarta Kota ini memiliki kualitas yang berbeda. Terdapat air yang asin dan ada pula yang tidak. Hal ini dipengaruhi oleh titik pengambilan sumur air.
Air yang berada di peron 11 atau selatan stasiun tidak asin karena air nya telah menggunakan air PAM. Sedangkan, air yang berada di peron 1 atau utara stasiun bersifat asin karena air bersumber dari sumur yang telah mengalami intrusi air. Menurut petugas, dulunya kualitas air di utara stasiun tersebut tidak asin karena sumur air yang digunakan tidak terpengaruh oleh air laut. Namun, semenjak adanya proyek revitalisasi Kota Tua, sumur yang lama yang berada di belakang minimarket stasiun terkena dampaknya sehingga perlu ditutup dan dipindahkan ke bagian timur stasiun.
Sumur yang berada di belakang minimarket ini termasuk kedalam kategori sumur dangkal karena kedalamannya muka air tanahnya kurang dari 30 m. Pada sumur di bagian timur stasiun ini, kedalaman air tanahnya lebih dalam dibandingkan dengan sumur yang lama yaitu lebih dari 30 m. Kedalaman muka air tanah yang berbeda inilah yang diyakini menjadi penyebab dari perbedaan kualitas air di Stasiun Jakarta Kota.