Lihat ke Halaman Asli

Ajeng Arainikasih

Scholar | Museum Expert | World Traveller

Indigenous Australians dan Representasinya di Museum

Diperbarui: 10 Mei 2020   18:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Indigenous Australians want input into the new Closing the Gap approach | https://probonoaustralia.com.au/news

"Australia negeri wool (katanya... katanya...) Aborigin sukunya (katanya... katanya...) Boomerang senjatanya (wow... wow..) Kangguru binatangnya"

Waktu saya kecil, dipertengahan tahun 1990-an (yah jadi ketahuan deh umurnya, hehe...) potongan lagu diatas, yang dinyanyikan oleh grup penyanyi cilik ternama saat itu, terkenal sekali. 

Aborigin, begitulah saya biasa menyebut penduduk suku asli Australia. Namun, di akhir tahun 2000-an ketika saya kuliah di Australia, penyebutan Aborigin (yang mengacu kepada penyebutan orang) ternyata dianggap rasis dan tidak sopan. Term yang benar adalah Indigenous Australian (and the Torres Strait Islanders).  

Nah, di tulisan ini saya ingin menceritakan mengenai bagaimana penduduk asli Australia tersebut ditampilkan di 3 museum di Adelaide, South Australia. 

Tepatnya di Migration Museum, Art Gallery of South Australia, dan South Australian Museum. Saya juga akan membahas bagaimana ketiga museum tersebut berusaha berperan dalam menghilangkan inequality terhadap penduduk asli Australia. 

Kebetulan bulan Mei bertepatan dengan Hari Museum Internasional (International Museum Day) dan tahun ini tema besarnya adalah "Museums for Equality: Diversity and Inclusion". 

Migration Museum, Adelaide

Dokumentasi pribadi

Sekitar 12 tahun lalu, ketika dahulu saya kuliah di Adelaide, Migration Museum adalah salah satu museum favorit saya. Museumnya berada di pusat kota Adelaide, dan merupakan museum sejarah sosial yang menceritakan mengenai "migration and settlement history of South Australia". 

Didirikan tahun 1986, museum ini bertujuan untuk merayakan multikulturalisme di South Australia. 

Bertempat di satu komplek yang terdiri atas beberapa bangunan tua, museum ini menceritakan sejarah dari sudut pandang personal dan komunitas. Bukan dari sudut pandang top-down versi sejarah pemerintah seperti museum-museum di Indonesia pada umumnya. 

Menurut saya, saat itu Migration Museum sudah memiliki program-program edukasi dan program publik yang sangat keren! Migration Museum sudah bekerja sama dan memiliki hubungan yang baik dengan berbagai komunitas masyarakat di Australia Selatan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline