Lihat ke Halaman Asli

Mohamad Ansori

Pembelajar

Pembelajaran Media Handphone yang Riskan

Diperbarui: 15 Juni 2020   18:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi : https://magazine.job-like.com/ 

Pembelajaran online merupakan pilihan utama dalam melaksanakan kegiatan learning from home. Media utama yang digunakan untuk pembelajaran ini adalah smarphone. Pembelajaran dilaksanakan dengan cara guru mengirimkan instruksi melalui media sosial, kemudian siswa mengerjakan tugas itu di rumah. 

Anak-anak SD kelas bawah mengerjakan tugas itu bersama orang tua, sedangkan pada umumnya anak-anak kelas atas mengerjakannya sendiri. Sebelum mengerjakan tuga, guru memberikan ilustri singkat dengan media video atau presentasi slide

Dalam hal tertentu, diskusi dilanjutkan melaui whatsapp group, dimana guru memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya hal-hal yang tidak dipahami. Karena materi yang disampaikan hanya pokok-pokokknya saja, siswa tidak dapat memahami materi dengan seutuhnya. 

Siswa yang aktif akan bertanya dengan lebih detail atas materi yang disampaikan di whatsapp group tersebut. Sementara siswa lainnya cukup melihat atau mendengarnya saja?

Apakah mereka akan berhenti disitu? Ternyata tidak. Pertanyaan-pertanyaan dalam tugas yang disampaikan oleh guru, ternyata memang sangat mudah bagi mereka. Anak-anak itu tidak perlu bertanya detil karena mereka dapat mengetahui jawabannya dengan mudah. 

Apakah mereka telah memiliki banyak literatur dan referensi? Atau apakah bapak dan ibu mereka dapat mereka andalkan untuk membantu mengerjakan tugas? Ternyata bukan itu jawabannya.

Andalan utama para siswa selama belajar online adalah "mbah google". Setelah diteliti, beberapa guru melaporkan bahwa jawaban pertanyaan dari anak-anak pada umumnya diambil dari google. 

Mereka sangat percaya jawaban mereka benar, tanpa mengetahui apakah sumber jawaban mereka kredibel atau tidak. Selama ada kalimat yang dapat menjawab pertanyaan mereka, selesai sudah persoalannya.

Satu hal yang dapat kita khawatirkan dari uraian di atas adalah ketergantungan siswa pada smartphone. Kemudahan google menjawab pertanyaan para siswa tentu sangat menarik perhatian siswa. Mereka tidak perlu lagi membaca tuntas semua materi yang harus mereka kuasai. Dengan beberapa kata kunci mereka sudah dapat mengerjakan tugas dengan "sebaik-baiknya".

Dalam konteks lain, para guru dan orang tua juga mengkhawatirkan keleluasaan mereka bermain handphone. Jika pada situasi normal mereka dengan mudah dapat dibatasi waktu menggunakan handphone, tidak dengan saat-saat ini. Tugas mereka adalah online, belajar mereka adalah online. Mau tidak mau orang tua harus mengizinkan mereka berlama-lama menggunakan handphone.

Apakah mereka lantas menggunakannya "hanya" untuk belajar. Saya yakin tidak. Di luar itu, game dan tayangan youtube yang menarik tentu akan menjadi tujuan "refreshing" mereka selanjutnya. Dengan banyak alasan anak-anak akan menghabiskan waktunya dengan berlama-lama dengan handphone. Lantas, bagaimana selanjutnya? Bagaimana ketika "keterpaksaan" ini menjadi "kebiasaan" baru anak-anak kita?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline