Seperti biasa, Sabtu pagi jadwal belanja mingguan ke pasar. Setiap berada di pasar, mata saya sakit melihat sampah plastik ada dimana-mana, banyak, kotor dan sulit dihindari. Ketika berbelanja ikan dan sayur, pedagang-pedagang di sana menggunakan kantongan plastik sebagai pembungkusnya. Saya sampai geleng-geleng kepala membayangkan berapa banyak sampah plastik lagi yang dihasilkan hari ini? Pernahkah Anda merasa gelisah melihat begitu banyak plastik di sekitar kita?
Sampah plastik merupakan isu lingkungan yang paling besar. Menurut data tahun 2024 yang saya baca di website CNBC Indonesia, negara kita berada di urutan ketiga penyumbang sampah terbesar di dunia setelah India dan Nigeria. Jumlah sampah yang dihasilkan sebanyak 3,4 ton setiap tahunnya. Luar biasa ya?
Mengapa Sampah Plastik Masih Menjadi Masalah?
Tidak dapat dipungkiri, plastik masih sangat digemari untuk mengemas barang-barang, selain murah, plastik juga sangat praktis, ringan dan tidak ribet. Kebanyakan produk-produk makanan dan minuman terbuat dari plastik. Meski didekorasi dengan cantik dan menarik, ternyata banyak dampak yang dihasilkan oleh sampah plastik, diantaranya:
Banjir, akibat saluran air tersumbat plastik.
Pencemaran laut, yang mengancam kehidupan biota laut.
Kerusakan tanah, karena plastik sulit terurai.
Pemanasan global, akibat emisi dari proses produksi dan pembakaran plastik.
Penyakit kronis, karena mikroplastik yang masuk ke rantai makanan.
Tindakan Nyata yang dilakukan
Selama bertahun-tahun beberapa negara telah berusaha menangani masalah ini. Begitu juga relawan-relawan lingkungan hidup juga tak henti-hentinya berkampanye menyerukan kepada masyarakat agar menyadari dampak-dampak buruk dari sampah plastik yang kita hasilkan. Salah satunya adalah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Bye Bye Plastic Bags yang visi dan misinya membebaskan Bali dari sampah plastik. Dikutip dari website BASAbaliWiki, LSM yang dipelopori oleh dua gadis kelahiran Bali ini berhasil melibatkan sekitar dua belas ribu relawan untuk mengumpulkan 40 ton sampah di seluruh pantai di Pulau Bali pada Februari 2017 dalam acara yang bertajuk One Island One Voice. LSM itu juga menandai toko dan warung yang sudah tidak menggunakan kantong plastik di media sosialnya.