Lihat ke Halaman Asli

Siska Dewi

TERVERIFIKASI

Count your blessings and be grateful

Pandemi Mengungkap Resiliensi Generasi Y dan Z

Diperbarui: 18 Oktober 2020   16:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi di kantor (Photo created by tirachardz - www.freepik.com

Kabar baik datang dari sebuah survei yang dilakukan oleh Deloitte. Di tengah ketidakpastian pandemi, Gen Y dan Gen Z berkomitmen membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik.

Survei pertama dilakukan  antara November 2019-Januari 2020, terhadap 18.426 responden di 43 negara. Survei kedua dilakukan antara April dan Mei 2020, terhadap 9.102 responden di 13 negara. Survei kedua bertujuan mengukur dampak pandemi terhadap opini anak muda.

Responden terdiri dari Gen Y (lahir antara Januari 1983 dan Desember 1994) dan Gen Z (lahir antara Januari 1995 dan Desember 2003). Negara-negara yang disurvei dua kali adalah Italia, Spanyol, Cina, Perancis, Australia, Brasilia, Jepang, Kanada, Amerika, Inggris, India, Jerman dan Korea Selatan.

Hasil survei menunjukkan Gen Y dan Gen Z menghadapi tantangan ekonomi yang berat. Hampir 30% Gen Z dan hampir 25% Gen Y kehilangan pekerjaan atau diminta mengambil cuti di luar tanggungan perusahaan pada bulan April dan Mei.

Meskipun demikian, hasil survei membawa beberapa kabar baik. Para responden mengaku loyalitas kerja mereka meningkat. Memang ada beberapa kecemasan, namun Gen Y dan Gen Z tetap mempertahankan mentalitas hidup yang digerakkan oleh tujuan.

Orang-orang muda ini mengungkapkan tekad untuk memperbaiki masyarakat setelah pandemi berlalu. Mereka mengharapkan pemerintah dan pengusaha mempunyai komitmen yang sama.

Loyalitas Kerja Meningkat              

Dibanding hasil survei tahun 2019, Gen Y yang berniat keluar dari tempat kerja sekarang dalam dua tahun atau kurang, turun menjadi 31% dari 49%. Gen Y yang memilih tinggal dalam jangka panjang melonjak menjadi 35% dari 28%. Gen Z tetap lebih tertarik untuk pindah, tetapi hanya setengah yang mengatakan ingin berganti pekerjaan dalam dua tahun, turun dari 61%.

Meningkatnya loyalitas kerja mungkin terkait upaya pengusaha mengakomodasi nilai-nilai generasi muda. Dalam survei pertama, 71% Gen Y mengatakan majikan mereka berusaha menciptakan lingkungan kerja yang beragam dan inklusif, naik dari 68%. Selain itu, 69% setuju perusahaan tempat kerja mereka memiliki dampak positif pada masyarakat, naik dari 65%.

Julius Sathya, CEO sebuah katering makanan sehat di Jakarta Barat, mengatakan loyalitas kerja karyawannya meningkat selama pandemi. Mereka menjadi lebih rajin dan sukarela terlibat dalam tugas di luar uraian tugas pokok. Cerita Julius tentang dampak pandemi terhadap bisnisnya dapat dibaca di sini.

Tiga Penyebab Utama Kecemasan

Survei Deloitte menunjukkan tiga masalah utama penyebab stres, yakni: kesejahteraan keluarga, keuangan jangka panjang, dan prospek karier. Ketiganya berkaitan erat dengan keuangan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline