Lihat ke Halaman Asli

Anisah Arief

Hitam putih

Ode buat Dy

Diperbarui: 5 Maret 2021   23:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Ada banyak hal yang ingin kuceritakan padamu, dy. Meski aku tahu, kau tidak akan pernah tahu cerita ini. Jangankan membaca, menengok pun kau tak kan mau. Aku yakin itu karena aku tahu kau bukan orang yang plin plan, sekali kau memilih kau akan tetap pada pilihan itu. 

Sehan, begitu kau kupanggil pertama kali. Nama yang gagah, tapi tidak segagah kisahmu. Aku mengenalmu sebagai lelaki rapuh yang terluka karena seorang istri. Istri yang seharusnya menerima apapun kondisi suaminya, dalam susah atau bahagia. Tapi tidak dengan istrimu. Kau ditinggalkan karena kau jatuh miskin dan pengangguran. Dengan putri kecilmu kau tinggal di salah satu kamar di rumah putih. Rumah putih ditengah kota, rumah megah mantan pejabat. 

Rumah putih yang menyembunyikan lukamu dari orang lain. Tapi tidak padaku. Kita hanya teman, hanya teman tidak lebih, meski aku berharap lebih dari sekedar teman tapi kau hanya menganggap ini sebuah permainan. Permainan hati. 

Dy, diawal kita kenal kita adalah teman tapi tidak bisa kita pungkiri dalam perjalanan panjang kita berteman ada rasa yang kita sama-sama paham.  Kitapun menikmati itu dengan indah, bahkan putri kecil mu pun  membuat kita seperti keluarga. Meski jauh, aku selalu berusaha ada untukmu dan putrimu. Semua hal yang membuatmu bahagia dan tertawa aku lakukan. Bertahun, kita jalani itu. Tapi tak seperti aku mencintamu, kau hanya menganggapku teman. Setelah tahun-tahun yang kita jalani. 

Dy, setelah kau katakan aku hanya teman bagimu. Akupun pergi, membawa luka dan mencoba melangkah meski tertatih. Jangan salah dy, aku bukan perempuan rapuh, yang meratapi nasib karena permainan hatimu. Aku juga bukan perempuan julas yang akan membalas dendam atas perlakuan mu. Aku hanya perempuan biasa, yang menangis dengan wajar ketika kau sakiti dan melepas pergimu dengan doa, semoga kau bahagia. 

Dy, aku tahu istrimu sudah kembali padamu. Kembali karena kau sudah layak untuk dijadikan suami. Layak yang menurut pandangannya, hanya dilihat dari harta dan tahta.  Kau kini sudah bisa memenuhi semua kebutuhan hidupnya bahkan lebih. Kesalahan yang telah dia buat karena meninggalkanmu ketika kau terpuruk, seakan hilang terkubur rasa bahagia. Ya, aku tahu kau bahagia saat ini. Bergelimang harta dengan istri yang pernah mencampakanmu bagai sampah. 

Dy,  saat aku tahu itu. Aku tersenyum getir, ternyata tak sedetik pun aku berarti bagimu. Aku hanya jalan kecil di tengah hutan yang sepintas kau lewati saat tersesat. 

Dy, terkadang aku mengenangmu, menikmati luka yang kau  toreh. Terkadang juga, aku mencari kabarmu, mengais cerita dari berita yang kau tulis. Di laman sosial, aku temukan putri kecilmu beranjak dewasa. Semua baik-baik saja, meski tanpaku. Dan aku bersyukur untuk itu. 

Dy, tak apa jika kau lupakan aku. Aku juga baik-baik saja. Tak perlu kau merasa bersalah pernah bermain hati padaku. Semua sudah berlalu. 

Kutulis ini untukmu, bukan untuk membuatmu kembali padaku. 

Aku hanya ingin menikmati luka darimu lewat tulisanku. Nikmati luka dengan menyebut namamu, Dy

Medio, RER Maret 2021




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline