Lihat ke Halaman Asli

Anis Contess

TERVERIFIKASI

Penulis, guru

Purnama Ke 21

Diperbarui: 25 April 2019   22:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Purnama Ke Dua Puluh Satu
Ini adalah purnama ke dua puluh satu aku melewatkan malam tanpamu. Kamis malam, saat pecandu asmara mestinya memagut gelora tak bertepian. Ketika bulan sembunyikan pendar karena amukan sipu menyaksikan kemesraan yang kita persembahkan.

Aku tergugu mengingatmu. Tirta bening ini untukmu, atas seluruh kenangan yang tak tergantikan. Bisik lembut tutur itu masih terasa meniupkan keinginan, usap jemarimu pada tiap helai anakan menyisakan desir biru membilurkan pilu.

Burung hantu tajam menatapku, dia tahu aku menikmati percintaanku dengan rembulan. Disuarakannya pekik keras mengingatkan, "Dia jauh dari jangkauan, kau akan dikecewakan."

Duhai burung hantu nan setia menjagaku, kau tak mengerti, aku telah lupa arti kecewa, bahkan derita tak bersua telah kunikmati dalam indah menimpa. Jejak pesannya kuupayakan. Dua mata Cinta tlah buktikan, betapa asa padanya pelan terbuktikan.

Maka apalagi yang bisa menduakan dari kilau sinar rembulan? Ini kesetiaan atau bukan aku tak pandai menafsirkan. Bagiku bahagia bukan dengan melupakan atau menggantikan peranan, tapi dengan lebur pada cinta tanpa meminta balasan apa apa. 

Bahkan ketika cinta itu telah diambil pemiliknya, aku rela menanti, hingga masa itu tiba, saat sang pemilik cinta mengizinkan cinta kami bersatu kembali di kehidupan sesudah dunia. 

Pada purnama-purnama berikutnya,  hingga tak mampu lagi aku menatapnya. Dengan senyum bahagia ku kan menuju abadi cintanya. Begitulah duhai burung hantu. Ini harapanku pada purnama ke dua puluh satu.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline