Mohon tunggu...
Anis Contess
Anis Contess Mohon Tunggu... Guru - Penulis, guru

aniesday18@gmail.com. Perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata. Mari tebar cinta dengan kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Purnama Ke 21

25 April 2019   22:16 Diperbarui: 25 April 2019   22:52 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Purnama Ke Dua Puluh Satu
Ini adalah purnama ke dua puluh satu aku melewatkan malam tanpamu. Kamis malam, saat pecandu asmara mestinya memagut gelora tak bertepian. Ketika bulan sembunyikan pendar karena amukan sipu menyaksikan kemesraan yang kita persembahkan.

Aku tergugu mengingatmu. Tirta bening ini untukmu, atas seluruh kenangan yang tak tergantikan. Bisik lembut tutur itu masih terasa meniupkan keinginan, usap jemarimu pada tiap helai anakan menyisakan desir biru membilurkan pilu.

Burung hantu tajam menatapku, dia tahu aku menikmati percintaanku dengan rembulan. Disuarakannya pekik keras mengingatkan, "Dia jauh dari jangkauan, kau akan dikecewakan."

Duhai burung hantu nan setia menjagaku, kau tak mengerti, aku telah lupa arti kecewa, bahkan derita tak bersua telah kunikmati dalam indah menimpa. Jejak pesannya kuupayakan. Dua mata Cinta tlah buktikan, betapa asa padanya pelan terbuktikan.

Maka apalagi yang bisa menduakan dari kilau sinar rembulan? Ini kesetiaan atau bukan aku tak pandai menafsirkan. Bagiku bahagia bukan dengan melupakan atau menggantikan peranan, tapi dengan lebur pada cinta tanpa meminta balasan apa apa. 

Bahkan ketika cinta itu telah diambil pemiliknya, aku rela menanti, hingga masa itu tiba, saat sang pemilik cinta mengizinkan cinta kami bersatu kembali di kehidupan sesudah dunia. 

Pada purnama-purnama berikutnya,  hingga tak mampu lagi aku menatapnya. Dengan senyum bahagia ku kan menuju abadi cintanya. Begitulah duhai burung hantu. Ini harapanku pada purnama ke dua puluh satu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun