Legenda Bakunawa adalah salah satu mitos paling menarik dari Filipina. Dalam cerita rakyat suku Visayan, Bakunawa adalah ular laut raksasa atau naga yang dipercaya memiliki kekuatan untuk menyebabkan gerhana, gempa bumi, dan gelombang pasang. Kisah ini telah diwariskan dari generasi ke generasi dan tetap menjadi bagian penting dari budaya Filipina hingga saat ini.
Bagi masyarakat kuno, fenomena alam yang tidak dapat dijelaskan sering kali dihubungkan dengan mitos dan legenda. Salah satu contoh menarik adalah bagaimana masyarakat Filipina menjelaskan gerhana bulan melalui kisah Bakunawa. Dengan narasi yang kaya akan imajinasi dan nilai budaya, legenda ini tidak hanya menjadi hiburan, tetapi juga menyampaikan pesan moral yang mendalam.
Asal Usul Legenda Bakunawa
Bakunawa berasal dari mitologi masyarakat Visayan, salah satu kelompok etnis utama di Filipina. Dalam kepercayaan mereka, Bakunawa adalah makhluk laut raksasa yang memiliki tubuh panjang bersisik seperti ikan, gigi tajam, dan lidah bercabang.
Ada berbagai versi mengenai asal-usulnya, tetapi sebagian besar sepakat bahwa Bakunawa adalah makhluk yang menghuni lautan dan memiliki kekuatan besar untuk mengubah keadaan alam.
Legenda ini berakar pada kepercayaan masyarakat pra-kolonial Filipina yang berusaha memahami fenomena alam seperti pasang surut air laut, gempa bumi, dan terutama gerhana bulan. Dalam budaya yang belum mengenal sains modern, mitos seperti Bakunawa berfungsi sebagai alat untuk menjelaskan fenomena tersebut secara masuk akal bagi masyarakat pada masa itu.
Kisah Bakunawa dan Tujuh Bulan
Menurut legenda, dahulu kala terdapat tujuh bulan yang menerangi langit malam. Keindahan langit yang dipenuhi oleh bulan-bulan bercahaya ini menarik perhatian Bakunawa. Sang naga laut terpesona oleh keindahan mereka dan memutuskan untuk menelannya satu per satu. Setiap kali Bakunawa menelan bulan, kegelapan pun menyelimuti bumi.
Masyarakat yang ketakutan kemudian berusaha mengusir Bakunawa agar memuntahkan bulan yang telah ditelannya. Mereka membuat suara keras dengan memukul peralatan rumah tangga, menyalakan obor, dan berteriak sekeras mungkin. Menurut kepercayaan, suara-suara ini menakutkan Bakunawa dan memaksanya memuntahkan bulan kembali ke langit.
Namun, Bakunawa berhasil menelan enam bulan, menyisakan hanya satu bulan di langit. Untuk mencegah kehancuran total, masyarakat terus melakukan ritual tersebut setiap kali gerhana terjadi. Inilah mengapa hingga kini dalam beberapa tradisi Filipina, orang-orang masih membunyikan peralatan dapur atau melakukan ritual saat terjadi gerhana bulan.
Intervensi Bathala
Dalam mitologi Filipina, Bathala adalah dewa tertinggi yang berkuasa atas langit dan bumi. Menyaksikan bagaimana Bakunawa mengancam keseimbangan alam, Bathala akhirnya turun tangan.
Dia memberikan petunjuk kepada manusia tentang cara mengusir Bakunawa dengan suara keras dan ritual tertentu. Masyarakat pun mengikuti petunjuk Bathala, dan setiap kali Bakunawa mencoba menelan bulan terakhir, ritual ini membuatnya gagal.