Lihat ke Halaman Asli

[Novel] Ismail the Forgotten Arab Bagian ke Limabelas

Diperbarui: 4 Juli 2017   08:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Resadiye Ship

Bantuan Turki

Mulazim Ilham menjadi penat karena tahu bahwa ada sekelompok pasukan Turki yang di BKO -kan dalam pletonnya. Kalau pasukan Turki biasa tidak masalah namun yang menjadi masalah pasukan tersebut bukan yang biasa melainkan pasukan yang luar biasa karrna ada Jengis Can yang berseteru dengan Abdul Khoir anggota peletonnya. Ia kemudian mendekati Jengis Can dan berbicara. Aku pikir Mulazim Ilham akan memberikan wejangan agar ia tidak lagi menggunakan orang-orang Arab.

Perkataanya hanya sebentar walau aku lihat Jengis membantah dua kali namun tentu saja seorang prajurit tidak akan mampu melawan seorang perwira yang nantinya akan menjadi masalah.

Kemudian Mulazim mendatangiku agar aku mengawasi Abdul Khoir. Tentu saja aku setuju tidak disuruhpun aku sudah akan mengambil langkah tersebut untuk membuat kondisi peleton kondusif aku sendiri akan berbicara dengannya.

"Kita harus menjaga kekompakan dengan pasukan karena hal itu penting. Aku sudah ancam Jengis kalau aku mendengar langsung aku akan menembaknya tetapi kalau aku tidak tidak mendengar langsung aku akan mengadili. Ia membantah. Kau harus maklum kami adalah  penggembara dulunya sehingga kami memang kadang tidak patuh pada pimpinan"

Sungguh aku sangat kagum dengan ketegasannya. Kini aku percaya bahwa Mulazim Ilham berubah menjadi pemimpin yang sangat tegas .

Karenaya Kakek Sulayman  tersebut seharusnya tidak menyangka dengan baik. Ia harus tahu bahwa tindakan yang diambil Mulazim Ilham ada benarnya.

Tinggal Kini tugasku. Aku tidak tahu Abdul Khoir tetapi aku tahu bahwa ia Seorang prajurit yang baik dan ia ahli dalam menembak. Ia Seorang yang berasal dari Damaskus kota tempat turunnya kembali Nabi Isa.

Apa yang harus aku lakukan dengan orang ini. Aku harus bisa menerjemahkan apa yang menjadi kata-kata dari Mulazim Ilham. Aku harus mengadakan pendekatan personal lebih dulu.

Ia sedang berbicara dengan tiga orang temannya. Aku tahu yang satu yang masih muda dengan wajah yang putih serta yang satu lagi umur 20-an awal atau sesuai Abdul Khoir. Nampaknya Abdul Khoir sedang bersandar di dalam parit beserta dia orang mereka tampaknya hanya berbicara mengenai peperangan tersebut.

Aku datang dan mereka sepertinua terkejut. Terkejutnya cukup wajar bagiku karena aku belum berkomunikasi intensif pada grup Abdul Khoir .

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline