Lihat ke Halaman Asli

Dolar Ngamuk, Mendag Tangkas Jaga Harga Kedelai

Diperbarui: 7 September 2018   18:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber gambar: dokumen pribadi

Melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap dollar Amerika Serikat berdampak langsung terhadap tempe dan tahu di Indonesia.

Karena kedelai untuk produksi tempe dan tahu di Indonesia seluruhnya berasal dari impor. Jika dirinci berdasarkan negara asal, Indonesia mengimpor kedelai paling besar dari Amerika Serikat dengan 238,8 ribu ton setara US$ 106,4 juta. Kedua, berasal dari Kanada dengan volume 2.076 ton yang nilainya US$ 970,6 ribu. Ketiga, dari Malaysia sebanyak 738,7 ton dengan nilai US$ 387,9 ribu.

Dan benar saja, para produsen tahu-tempe sudah mengeluhkan soal pelemahan nilai tukar rupiah. Sebab, harga kedelai impor yang sebesar Rp 7.700 per kilogram (kg), dari sebelumnya Rp 6.500 per kg.

Untungnya saat ini kita punya pejabat yang cekatan, sehingga tempe dan tahu tidak ikut-ikutan mahal lantaran Rupiah melemah.

Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita sudah berjanji akan mengecek kenaikan harga kedelai di pasar. Sebab kedelai merupakan salah satu komoditas impor yang terpengaruh oleh penguatan dolar AS.

Kalaupun ada kenaikan kedelai, hal itu memang disebabkan nilai tukar rupiah yang melemah. Namun Mendag para importir kedelai tak akan leluasa menaikan harga kedelai, sebab pasar mereka juga terbatas pada pengusaha tahu-tempe.

"Para distributor, para importir, kemudian penjual kedelainya itu mereka sudah berjanji untuk tidak seenaknya menaikkan dengan pendekatan nilai kurs. Karena dia tahu marketnya dia adalah pedagang tahu tempe," kata Mendang seperti dikutip dari berbagai media massa (MSN.Com).

Tidak sekadar berpangku tangan, Mendag Enggartiasto mengungkapkan bahwa Indonesia sudah punya kesepakatan mengenai harga kedelai yang tidak akan naik seiring dengan fluktuasi harga dolar AS.

Selain itu, Mendag menekankan, ia akan meyakinkan para importir kedelai dan penjualnya. Bahwa di tengah perang dagang dengan Cina, sebaiknya Amerika Serikat berbaik hati terhadap Indonesia. Karena Indonesia adalah penyerap produksi kedelai yang besar.

Ibaratnya, Indonesia adalah pembeli kedelai. Dan Pembeli adalah raja.

Di sini, Menteri Perdagangan kita bertindak menggunakan logika dagang. Selain itu, ia juga punya pengalaman panjang sebagai bussiness man.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline