Lihat ke Halaman Asli

Indon Pendukung Menpora Seharusnya Berfikir Waras

Diperbarui: 17 Juni 2015   07:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Kisruh PSSI jilid kedua pecah, bukannya memelihara stabilitas dan bersama-sama membangun sepakbola Indonesia, Menpora malah sibuk bikin kekacauan memprovokasi, dan akhirnya membekukan PSSI dengan alasan yang dibuat-buat, celakanya lagi sebagian masyarakat malah mengamini tindakan terkutuk Menpora. Inilah wajah “INDON” sebenarnya. Banyak yang suka bicara lantang, tapi bodoh dan banyak yang sok jadi pahlawan tapi babu. Bahkan sorang aktifis yang sama sekali tidak mengerti bola ikut-ikut berkomentar teriak-teriak mafia. Pun seorang wartawan bayaran yang sok komentar ini itu di Televisi seolah-olah dialah yang paling hebat. Namun, diantara mereka yang lantang mendukung Menpora itu, tak satupun yang nyata-nyata berbuat “sesuatu” untuk sepakbola. Pantaslah rakyat Malaysia memanggil kita dengan sebutan “INDON”. Wajar sekali....

Bagi orang yang waras, konflik PSSI sudah jelas dimulai dari provokasi Menpora, karena saat awal menjabat, Menpora langsung sigap membentuk tim sembilan dengan dalih menyelamatkan sepakbola Indonesia (baca : Menyelamatkan Persebaya 1927 dan IPL). Selain itu, prestasi timnas yang tak kunjung datang menjadi alasan untuk “menghancurkan” PSSI. Padahal, jika Menpora memang berniat menjalankan fungsinya sebagai menpora, masih banyak cabang olahraga yang jelas-jelas memberi prestasi bagi negara, salah satu contohnya adalah Bulutangkis. Kalau memang Menpora punya niat yang baik, kenapa tidak “membersihkan” PBSI yang notabene pada saat ini menunjukkan prestasi yang menurun. Nah, lakukanlah perubahan pada cabor itu.... namun, ternyata telinga dan isi otak Menpora Nahrowi tidak sewaras yang kita duga.... Busukkkkkk

Setelah pembekuan, Menpora berencana membentuk tim transisi yang bertugas mengambil alih PSSI secara paksa. Tindakan Menpora ini seakan menegaskan pada kita semua bahwa tujuan Menpora hanya ingin memecah belah, karena tim transisi yang akan dibentuk nanti kemungkinan diisi oleh gembong LPI yang merasa sakit hati lantaran liga yang katanya profesional versi mereka, ternyata tidak diminati oleh masyarakat dan akhirnya merugi. Dibelakang Menpora pasti ada orang besar yang begitu kuat karena menpora seakan-akan tunduk “menjadi budak” pada orang kuat ini. Hal ini diperkuat dengan sikap pengecut Menpora yang seperti tidak berani berhadapan langsung dengan PSSI. Padahal pertemuan dengan PSSI sangat penting guna meredakan tensi yang saat ini sedang memanas.

Jika dialog antara PSSI dan Menpora buntu, maka bukan tidak mungkin sanksi FIFA akan “secepatnya datang” menghampiri kita. Selain dari itu, pembekuan ini tentu akan dibalas PSSI dengan mengajukan gugatan hukum di pengadilan, bukan tidak mungkin kasus PSSI ini akan berakhir seperti kasus Golkar. Gugatan PSSI di pengadilan sangat kuat karena beberapa faktor memihak PSSI. Dimulai dengan pengakuan FIFA, kewenangan PSSI, otoritas PSSI, pengakuan KONI/KOI, UU yang mengatur tentang peran Menpora, serta pelanggaran yang dilakukan Menpora atas institusi profesional. Jadi, potensi Menpora untuk kalah telak di pengadilan sangat besar. Mudah-mudahan ini segera terealisasi. Dengan demikian, mulut para “INDON-INDON” sok suci pemuja jenggolo tertutup rapat.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline