Lihat ke Halaman Asli

Andika Wira Admaja

Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Membaca Situasi Rumit Arthur Irawan dan Fred Bernasib Sama Dirundung Fans Sendiri

Diperbarui: 13 Januari 2022   18:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Instagram.com/arthurirawan

Kembalinya Bergulir kompetisi Liga-Liga Top Eropa menimbulkan Euforia tersendiri bagi para penikmat sepakbola. Bergulirnya kembali kompetisi Musim 2021-2022 ini juga membawa kabar baik karena, pertandingan tersebut boleh dihadiri oleh penonton. Meskipun dalam gelaran Euro 2020 juga terlihat di stadion sudah dipenuhi oleh penonton,namun sempat terjadi perdebatan karena dikabarkan menimbulkan klaster baru covid-19. 

Beruntung, bagi para Supporter klub Eropa mampu datang ke stadion dan menyaksikan Tim kesayanganya berlaga, hal ini berbanding terbalik dengan kompetisi di Indonesia yang belum boleh dihadiri oleh penonton sama sekali. Jangankan dihadiri penonton, Tarik ulur kepastian kapan Kick off dimulai saja sempat dipertanyakan oleh kalangan penikmat sepakbola tanah air.

Di kondisi Pandemi Seperti ini, Kita sebagai penonton layar kaca melihat siaran sepakbola tanpa dihadiri penonton saja seperti ada yang kurang, lantas bagaimana nasib para supporter seperti Brigata Curva Sud (BCS) , Pasoepati, Atau The Jak tidak dapat hadir di stadion mendukung tim kesayanganya. Ketika Supporter dikaji dalam bahasa teoritis, salah satu fungsinya yaitu mendorong semangat juang pemain yang sedang berlaga.berdasarkan pada kata Support yang berarti dukungan.  Hadirnya supporter yang sering disebut sebagai pemain ke 12 memang sangat diharapkan oleh para pemain yang sedang berlaga. 

Membahas tentang sepakbola tidak hanya seputar bagaimana sebuah tim bermain dan mencetak gol untuk kemenangan, namun juga peranan pemain yang terdapat didalam lapangan yang menjadi sorotan. Pemain yang berlaga tentu memiliki tanggung jawab besar tergantung diposisi apa mereka menempatinya, pemain juga harus bisa beradptasi dalam setiap atmosfer pertandingan yang dihadapi, misal laga krusial dalam misi mengejar poin yang tertinggal dari tim lain, ataupun pertandingan menghadapi klub rival.

Jika berbicara tentang pemain,  di kancah sepakbola indonesia Belakangan ini ramai di media sosial membahas bek kanan milik Persik Kediri yaitu Arthur Irawan. Nama Arthur Irawan ramai sekali diperbincangkan di akun-akun media sosial dan akun fanbase klub, bahkan sebelum Arthur gabung ke Persik Kediri, tagar #arthurout menjadi trending di media sosial saat dia masih berseragam Pss Sleman, namun sebenarnya apa sih yang membuat Arthur ramai di perbincangkan dan di minta meninggalkan Pss Sleman oleh supporternya sendiri? . 

Arthur Irawan sempat digadang-gadang akan menjadi pemain masa depan yang diandalkan di Timnas Indonesia, melihat track record milik Arthur, ia sempat bergabung dengan klub asal spanyol yaitu Malaga dan Espanyol, meskipun ditempatkan di Tim B, bukan di Tim utama. Jika dilihat,sebenarnya pada rentang tahun  2011-2014 pemain berkebangsaan indonesia yang mampu mencicipi kompetisi sepakbola Eropa tentu merupakan hal yang sangat positif. 

Namun konsistensi adalah problem utama Arthur, di klub Espanyol ia sama sekali tidak mencatatkan caps, dan di Malaga ia hanya mencatatkan 6 caps tanpa mencatatkan 1 gol atau assist. Pada 2016 Arthur kembali ke Indonesia dan bergabung dengan Persija Jakarta. Namun kembali lagi, Penampilan Arthur memang masih jauh dari kata maksimal, Arthur berpindah dari 1 klub menuju ke klub yang lain, Arthur hanya diberikan menit bermain yang terhitung sedikit. Melihat posisi Arthur yang dirundung oleh fans PSS Sleman,saat ia masih berseragam PSS Sleman terdapat beberapa faktor yang dapat dilihat. 

Pertama,adalah saat itu performa PSS Sleman sedang dalam kondisi yang kurang memuaskan bagi fans. Kedua, sedang terjadi konflik antara management PSS Sleman dan juga fans hal ini sedikit banyak tentu berdampak pada performa tim dalam mengarungi kompetisi Liga. Yang terakhir, munculnya Tagar #Dejanout pada media sosial, Dejan Antonic merupakan pelatih dari PSS Sleman berkebangsaan Serbia namun kini pada pertengahan kompetisi ia dipecat oleh managemen PSS Sleman.

Jika dilihat faktor pertama dan ketiga erat kaitannya. Dejan dituntut mundur karena dianggap tidak dapat membawa performa PSS Sleman pada permainan terbaiknya. Munculnya tagar #Dejanout sebenarnya bebarengan dengan ramainya perbincangan disosial media tentang Arthur Irawan yang dituntut mundur juga dari PSS Sleman. Melihat situasi yang terjadi mungkin gelandang Manchester United ini yaitu Fred memiliki Nasib yang sama dengan Arthur Irawan. Frederico Rodrigues Santos atau dikenal Fred berposisi sebagai gelandang bertahan yang saat ini bermain untuk Manchester United. 

Fred memiliki peran yang hampir tidak tergantikan di lini tengah Manchester United pada era kepelatihan Ole Gunnar Solksjaer, bahkan hingga posisi Ole yang sudah tergantikan oleh pelatih baru Manchester United Ralf Rangnick Fred masih memiliki peran di beberapa pertandingan yang telah dijalani Rangnick sebagai pelatih baru.  Fred yang berkiprah di liga Inggris apalagi membela klub sekelas Manchester United tentu dituntut performa yang menjanjikan di setiap pertandingan, bermain di liga terbaik di dunia memang harus siap menerima konsekuensi didalamnya, baik sorotan media dan juga kritik yang datang dari fans sendiri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline