Lihat ke Halaman Asli

A Man Called Ahok (2018): Memanggil Jiwa Nasionalisme dari Tanah Belitung

Diperbarui: 11 November 2020   14:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber gambar

"Aku tidak takut kalah, aku takut aku salah"

Familiar dengan penggalan dialog singkat tersebut?

Jika  iya, kata "selamat" akan saya ucapkan terlebih dahulu karena anda telah menjadi salah satu saksi hidup tokoh satu ini.

Jika belum, berarti anda harus meluangkan waktu untuk menyelinap masuk dalam untayan kisah jatuh bangun dari karya nasional yang akan kita bahas kali ini.

sumber gambar

Siapa yang tidak mengenal Basuki Tjahaja Purnama, atau akrab kita sebut Ahok. Ia yang sempat menjadi salah satu sosok nomor satu di mata masyarakat Jakarta. Ia yang terkenal dengan cara bicaranya yang tegas dan berapi-api. 

Ia yang  bermodalkan kedisiplinan dan kejujuran berupaya  membasmi 'hama' yang terus menggerogoti negeri ini, korupsi namanya. Ia juga yang menjadi 'pelayan' rakyat dalam mencapai banyak hal, bahkan yang tidak sempat dilakukan para pendahulunya.

Ingatan lama anda mungkin akan sedikit kembali ke era pemerintahan Ahok yang singkat namun salah satu yang paling kuat terikat, saat membaca kalimat-kalimat tersebut.

Namun kali ini kita tidak akan fokus pada bagaimana Ahok menata Jakarta, tetapi lebih melihat jauh tentang bagaimana kerasnya hidup pada akhirnya membuat Ahok bisa menjadi tokoh yang kita kenal sekarang.

sumber gambar

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline